kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

8 sektor industri prioritas pengurangan tarif gas


Jumat, 05 Februari 2016 / 08:20 WIB
8 sektor industri prioritas pengurangan tarif gas


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kementrian ESDM tengah menggodok aturan Peraturan Menteri Nomor 37 Tahun 2015 tentang ketentuan dan tata cara penetapan alokasi dan pemanfaatan serta harga gas bumi. Dalam aturan tersebut, ada delapan sektor industri yang akan mendapat pengurangan harga gas.

”Ada satu tambahan lagi, yaitu industri oleokimia atau produk turunan dari CPO (kelapa sawit, Red),” kata Direktur Kimia Hulu, Muhammad Khayam, Kepada Kontan Kamis (4/2) kemarin.

Salah satu isi revisi beleid tersebut adalah tentang alokasi gas diprioritaskan untuk rumah tangga dan industri berbahan baku gas. Ada delapan sektor yang menjadi industri prioritas gas yaitu, industri petrokimia, baja, kaca, gelas, sarung tangan plastik, keramik, pupuk, dan oleokimia.

Khayam menjelaskan rencananya peraturan ini akan disahkan pada awal Januari. Namun sayangnya realisasinya mundur dan kemungkinan akan disahkan pada pertengahan bulan ini.

Sebenarnya, pelaku industri sudah menunggu aturan tersebut di sahkan. Wakil Ketua Industri Plastik dan Petrokimia (Inaplas), Budi Susanto Sadiman, mengatakan dengan penurunan ini tentunya dapat membantu industri petrokimia.

”Tentunya sangat membantu industri petrokimia, apalagi di tengah kondisi sulit saat ini,” kata Budi. Budi menjelaskan konteksnya yang dibicarakan saat ini ada dua, yakni gas as sebagai energi dan bahan baku.

Bagi industri plastik tentunya ini mungkin dampaknya tidak terlalu besar, karena penggunaan gas sebagai energi tidak cukup besar. Namun bagi industri pupuk tentunya berdampak besar karena 60% gas dijadikan bahan baku olahan untuk membuat methanol dan olefin.

”Kami sih berharap harganya bisa seperti Malaysia sekitar US$ 6 MMBTU, agar industri kita bisa bersaing. Apalagi sudah masuk MEA,” kata Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×