kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Prospek ritel domestik masih mendung


Rabu, 25 Oktober 2017 / 10:04 WIB
Analis: Prospek ritel domestik masih mendung


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren banyaknya perusahaan ritel dalam negeri yang menutup gerainya memang menjadi penanda awan mendung di industri ritel. Beberapa tahun terakhir, industri ritel mengalami tekanan. Mau tak mau strategi efisiensi dengan mengetatkan ikat pinggang yakni salah satunya menutup gerai tak produktif dilakukan peritel domestik.

Christine Natasya, Analis Ritel Mirae Aset Sekuritas mengatakan, prospek industri ritel masih kurang baik, termasuk saham-saham sektor ritel. Hanya ritel-ritel yang memiliki produk yang unik yang akan bisa bertumbuh. Namun secara rata-rata dirinya mencatat ada penurunan kinerja dari perusahaan ritel.

Bila dibandingkan dengan 5 tahun lalu, industri ritel saat ini tengah dalam tekanan hebat, salah satu penyebabnya adalah penahanan belanja masyarakat. Menurutnya terjadi shifting pola belanja di kelas menengah dengan berpindah ke belanja online dan traveling dalam membelanjakan uangnya. Hal ini yang memukul secara telak industri ritel dengan berbagai format.

“Sedangkan kelas menengah atas itu malah dikejar pajak sehingga belanjanya mereka tahan dari pada kena pajak. Sekarang ritel tidak akan bisa ke mana-mana karena daya beli yang didorong komoditas terutama di luar jawa itu turun,” ujarnya, Selasa (24/10).

Di samping itu, tantangan juga datang dari peritel asing yang mulai merangsek ke pasar domestik, dengan modal yang besar dan menyasar segmen-segmen di kota-kota besar tentunya memiliki dampak baik langsung maupun tidak langsung kepada peritel domestik. Dirinya mencontohkan ekspansi gerai Central Department Store yang menyasar kelas premium dengan membuka gerai di Grand Indonesia dan Neo Soho.

“Dengan buka (gerai) di situ memang kompetisi jadi meningkat karena orang akan berpindah, tetapi memang di sisi lain barang-barangnya memang mahal. Jadi kompetisi meningkat sehingga lokasi harus diperhatikan peritel,” lanjutnya.

Dirinya mengatakan dari beberapa peritel yang tercatat di BEI, menurutnya strategi yang dilakukan PT Ace Hardware Tbk (ACES) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dengan mendatangkan produk-produk brand impor dan baru yang belum ada di pasaran perlu dicoba. Oleh karena itu, dirinya menyarankan untuk mengoleksi saham ACES dan ERAA, sedangkan saham peritel lainnya masih hold.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×