kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APKAI: Indonesia harus tingkatkan produksi kakao


Senin, 11 Desember 2017 / 21:19 WIB
APKAI: Indonesia harus tingkatkan produksi kakao


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Kakao internasional tengah melemah. Hal ini pun mempengaruhi harga kakao di Indonesia. Saat ini, harga kakao di tingkat petani pun menurun menjadi Rp 19.000 hingga 20.000 ton per kg. Padahal, sebelumnya harga bisa mencapai Rp 23,000-Rp26.000 per kg.

Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Arief Zamroni mengatakan, penurunan harga ini akan mengakibatkan kerugian kepada petani. Menurutnya, satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan produksi di Indonesia.

Menurut Arief, apabila produktivitas kebun kakao di Indonesia bisa mencapai 2 ton per ha per tahun, maka harga Rp 12.000-Rp 13.000 per kg sudah mencapai break even point (BEP). Dia bilang, dengan harga tersebut tanaman kakao di Indonesia masih memiliki prospek cerah.

"Masalahnya, produktivitas kakao Indonesia saat ini hanya 500 - 700 kg per ha dalam setahun. Tentu akan terasa tidak menguntungkan bagi petani," ujar Arief kepada Kontan.co.id, Senin (11/12).

Menurut Arief, dengan menjadi produsen kakao terbesar di dunia, maka Indonesia pun dapat menjadi penentu harga kakao di dunia. Apalagi, menurutnya harga kakao yang menurun saat ini salah satunya disebabkan oleh produksi di Pantai Gading, Ghana, dan Afrika meningkat karena adanya panen raya.

Arief menyadari, peningkatan produksi kakao ini membutuhkan waktu yang lama. Namun, apabila tidak ada upaya secepatnya untuk meningkatkan produksi ini, maka tingkat ketahanan petani tidak bisa dipertahankan. "Besar kemungkinan, ada beberapa wilayah dan petani yang beralih fungsi. Itu hukum alam," tambahnya.

Menurut Arief, masalah ini seharusnya menjadi perhatian seluruh pihak, bukan hanya dari sisi petani saja. Dia bilang, upaya peningkatan produksi kakao ini merupakan satu-satunya cara untuk menyelamatkan kakao Indonesia. "Kalau tidak, kita tidak punya mekanisme lain apalagi untuk membela harga di tingkat petani," ujar Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×