kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,47   -12,05   -1.29%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aplikasi ojek online saling ngebut bisnis sistem pembayaran


Selasa, 13 Februari 2018 / 11:42 WIB
Aplikasi ojek online saling ngebut bisnis sistem pembayaran
ILUSTRASI. Investasi Modal Astra International ke GO-JEK


Reporter: Annisa Heriyanti, Maizal Walfajri | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan transportasi online nampaknya menemukan bisnis masa depan yang menjadi tumpuan dalam mendongkrak kinerja dan pendapatan. Yakni menjadi pengelola pembayaran digital, bukan sebagai penyedia transportasi online.

Ini pula yang tampak Go-Jek lakukan. Setelah menerima suntikan besar senilai US$ 1,2 miliar dari beragam investor global dan lokal, termasuk PT Astra International Tbk (ASII) hingga Grup Djarum lewat GDP Ventures, perusahaan besutan Nadiem Makarim dan Andre Soelistyo ini segera mengoptimalkan pembayaran digital GoPay. "Salah satu penggunaan dana investasi itu untuk pengembangan GoPay," kata President and Co-Founder Go-Jek Andre Soelistyo, Senin (12/2).

Salah satunya adalah upaya untuk melegalkan sistem pembayaran QR Code GoPay. Maklum, pertengahan Januari 2018, Bank Indonesia (BI) minta GoJek menghentikan masa uji coba QR Code yang ada di GoPay.

Menurut Andre, pihaknya sudah menyerahkan persyaratan dokumen yang diperlukan supaya sistem QR Code GoPay bisa mendapat lampu hijau dari bank sentral "Mudah-mudahan bulan ini sudah dapat izin dari BI," harapnya.

Bila sudah dapat izin, sistem pembayaran yang ada di GoPay bakal semakin lengkap. Nantinya, GoPay tak cuma sebatas sebagai sistem pembayaran untuk transaksi Go-Ride atau GoFood saja, tapi juga ragam pembayaran ylain. Salah satunya adalah pembayaran offline. Seperti pembayaran ke ritel, beragam tagihan atau pengisian pulsa.

Bila sistem pembayaran dengan fasilitas QR Code ini bisa beroperasi, GoPay pun bisa menjadi salah satu sistem pembayaran di beragam situs belanja. Salah satuya yang sudah menjalin kerjasama adalah dengan Blibli, salah satu lini bisnis GDP Ventures.

GoJek juga akan mengoptimalkan lini bisnis teknologi keuangan (tekfin) lain, seperti Midtrans, Kartuku dan Mapan yang sudah diakuisisi pertengahan Desember tahun 2017. "Akuisisi terebut sudah rampung sejak Januari kemarin," tuturnya.

Tanpa menyebut nilai akuisisi, Andre memastikan tiga tekfin tersebut bisa mengembangkan bisnis GoPay. Yakni menjaring pasar sistem pembayaran offiline, online hingga masuk ke konsumen yang belum bankbale.

Sayang, Andre tidak merinci target pasti dari GoPay tersebut. Yang pasti bagi GoJek, GoPay merupakan aset besar yang menjadi investasi jangka panjang dan bakal terus dikembangkan.

Uber Indonesia sejatinya juga tengah mengembangkan sistem pembayaran. Menurut kabar yang beredar, manajemen perusahaan ini tengah menjajaki kerjasama dengan salah satu situs belanja nasional yakni Bukalapak.

Sayang, manajemen Uber Indonesia tidak merespon info tersebut. Justru Uber Indonesia memastikan bila layanan ini makin mendapat respon positif dari para pelanggan di Indonesia.

"Saat ini waktu tunggu di Indonesia, rata-rata sudah 6 menit. Saat awal kami di Indonesia, terutama di Jakarta, waktu tunggu rata-rata 10 menit," kata Dian Safitri, Head of Communication Uber indonesia kepada KONTAN, Senin (12/2)

Sejatinya, pesaing berat GoJek di sistem pembayaran adalah Grab Indonesia. Setelah sistem pembayaran Grab yakni GrabPay belum mendapat izin dari Bank Indonesia, perusahaan yang berbasis di Singapura ini terbilang gencar ekspansi di sistem pembayaran digital.

Tujuannya adalah supaya fungsi top up yang ada di GrabPay yang dihentikan bank sentral bisa bergulir kembali. Caranya lewat kerjasama dengan PayTren hingga dengan OVO. Setelah bersinergi dengan OVO, GrabPay pun berubah menjadi GrabPay Powered by OVO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×