kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi batubara respon positif pemerintah tambah kuota produksi 100 juta ton


Rabu, 15 Agustus 2018 / 14:34 WIB
Asosiasi batubara respon positif pemerintah tambah kuota produksi 100 juta ton
ILUSTRASI. Kapal tongkang batubara


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah membuka kesempatan untuk menambah kuota produksi batubara sebanyak 100 juta ton untuk tahun ini menjadi 585 juta ton.

Sebelumnya, target produksi batubara tahun ini dipatok sebesar 485 juta ton. Penambahan devisa menjadi target yang ingin dicapai pemerintah atas penambahan kuota produksi ini.

“Kemarin kan dalam ratas (rapat terbatas), Presiden memberikan arahan, kita membutuhkan devisa. Jadi dibuka untuk kesempatan menambah produksi 100 juta ton,” terang Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agung Pribadi saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/8).

Agung menyebut, hingga kini sudah ada 25 juta ton tambahan dari 100 juta yang ditargetkan. Jumlah tersebut diproyeksikan menambah devisa sebesar US$ 1,5 miliar.

“Saat ini penambahan sudah ada 25 juta ton yang baru. Atas pengajuan pemegang ijin pengusaha sudah ditandatangani (jumlah tersebut). Dari sini diharapkan pendapatan negara bertambah US$ 1,5 miliar,” imbuh Agung.

Penambahan tersebut direspon positif oleh asosiasi pertambangan batubara. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengungkapkan bahwa langkah yang diambil pemerintah tersebut dinilai tepat untuk membantu mengatasi defisit transaksi berjalan.

“Langkah itu positif untuk membantu mengatasi defisit transaksi berjalan kita yang semakin melebar. Karena ekspor batubara menjadi andalan ekspor kita,” jelas Hendra.

Apalagi, menurut Hendra, semasa krisis global di tahun 2008, Indonesia bisa survive dari krisis, antara lain karena ditopang oleh ekspor batubara. Namun, Hendra belum bisa memproyeksikan reaksi pasar atas kebijakan ini.

“Kami belum tahu persis detailnya seperti apa. Jika angka tersebut didasarkan atas pengajuan revisi RKAB tentu target tersebut mendekati realitas untuk bisa dicapai. Untuk potensi dampak terhadap harga pasar, kami belum tahu seperti apa,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×