kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis Grup Salim kian menggurita


Senin, 11 September 2017 / 06:00 WIB
Bisnis Grup Salim kian menggurita


Reporter: Andy Dwijayanto, Asnil Bambani Amri | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - Mungkin dulu Sudono Salim alias Lim Sioe Liong, pendiri Salim Grup, tak pernah membayangkan bisnis yang ia geluti dulu kini menyebar ke mana-mana. Jika dulu terpusat di Indonesia, kini berkembang di banyak negara. Melalui tangan dingin anaknya, Anthoni Salim, konglomerasi yang jaya di era Orde Baru itu sukses kembali berkibar.

Memulai bisnis di Indonesia, kini bisnis Salim menyebar di Singapura, Hong Kong, Manila, Australia, Nigeria, sampai Eropa. Jaringan bisnis yang berdiri tahun 1972 itu tumbuh bak pohon, yang terus memunculkan tunas baru. Yang menarik, pemilik Indofood itu berkembang dengan lini bisnis yang beragam. Mulai dari bisnis mi instan, makanan, manufaktur, properti, perbankan, asuransi, energi, restoran, jasa, infrastruktur, energi dan bisnis digital.

Pola berbisnis yang dijalankan Salim Grup juga beragam, mulai menjalankan bisnis sendiri, joint venture sampai dengan penyertaan modal. Keragaman cara menjalankan bisnis ini membuat Salim Grup terbiasa melakukan kerjasama dengan perusahaan lain atau mengakuisisi perusahaan lain. 

Meski banyak menggeluti banyak lini bisnis, Salim Grup tak berhenti ekspansi. Bulan lalu, Salim Grup mengakuisisi 100% saham perusahaan air minum Acuatico senilai Rp 1,24 triliun dari tangan Sandiaga Uno dan Roesan Roeslani. Nah, Acuatico merupakan penguasa bisnis air bersih di beberapa kota besar, lewat PT Aetra Air Jakarta, PT Aetra Air Tangerang serta PT Aetra Air Indonesia. 

Agaknya, akuisisi perusahaan air bersih sesuai dengan misi bisnis Salim Grup, yaitu bisnis yang dibutuhkan orang banyak. Pada suatu kesempatan kepada Kantor Berita Nikkei, Anthoni bilang, tantangan bisnis saat ini adalah populasi penduduk dunia yang naik 50% dalam 30 tahun. ”Maka kami memikirkan produk apa yang cocok untuk populasi baru itu,” katanya. Simak laporan lengkapnya di Tabloid KONTAN, edisi 7 September-17 September 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×