kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Campina inovasi produk untuk tingkatkan penjualan di 2018


Jumat, 12 Januari 2018 / 19:41 WIB
Campina inovasi produk untuk tingkatkan penjualan di 2018
ILUSTRASI. Es krim Campina


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen es krim asal Surabaya, PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) optimistis memandang bisnis es krim di 2018 ini. Pasalnya pasar es krim di tahun ini diperkirakan bakal terdongkrak naik.

"Apalagi banyak pemain baru yang masuk bisnis ini, jadi makin memperbesar pasar itu sendiri," ujar Adji Andjono, Direktur Marketing PT Campina Ice Cream Industry Tbk kepada KONTAN, Jumat (12/1).

Secara umum dengan munculnya pemain baru, maka kata Adji kue bisnis ini semakin besar dan memicu pertumbuhan bisnis di sektor tersebut.

Adji memperkirakan pasar es krim domestik tahun 2018 kemungkinan tumbuh di kisaran 10%-15%. Sedangkan CAMP menyasar pertumbuhan penjualan di kisaran 10%.

Sebagai pelaku bisnis es krim yang sudah lama, Adji menilai target tersebut sudah wajar dan bakal diraih perusahaan dengan beberapa cara. Seperti melakukan inovasi produk di 2018 ini.

"Tahun ini rencananya kami keluarkan 5-6 stock keeping unit (SKU) yang baru," ujar Adji. Hal ini penting demi menyegarkan brand dan merangsang konsumsi dari masyarakat, adapun saat ini perseroan telah memiliki sekitar 75-80 SKU.

Selain itu CAMP akan memperkuat jaringan distribusi dan sales di setiap daerah di Indonesia. "Distributor luar Jawa kami sudah punya sekitar 30," ungkap Adji.

Porsi penjualan antara ritel tradisional dan modern mempunyai nilai yang kurang lebih sama bagi CAMP. Meski kata Adji porsi segmen ritel tradisional sedikit lebih besar ketimbang ritel modern.

Adapun CAMP mengklaim memiliki pangsa pasar 20%-25% dari seluruh total demand es krim domestik. Konsumsi es krim di Indonesia menurut Adji saat ini kisaran 0,8 liter per kapita per tahun.

Jumlah tersebut lebih rendah ketimbang negara Asean seperti Malaysia yang tiga kali lipat dari Indonesia dan Singapura yang hampir 10 kali lipat dari konsumsi nasional.

"Indonesia masih sangat potensial bagi pasar es krim, apalagi jumlah penduduknya sangat besar untuk konsumsi," urai Adji.

Hal yang tak kalah pentingnya bagi semua bisnis makanan dan minuman (mamin) termasuk es krim, kata Adji, ialah daya beli (purchasing power) masyarakat.

Tahun 2018 yang bakal diramaikan dengan suasana politik ditengarai dapat meningkatkan daya beli. "Sebab biasanya kalau kampanye ada pengumpulan massa, secara sporadis mungkin bisa tingkatkan konsumsi," kata Adji.

Namun CAMP berharap agar pemerintah dapat menggenjot daya beli masyarakat dengan cara yang lebih signifikan. Salah satunya dengan merangsang industri padat karya yang mempekerjakan banyak tenaga kerja. "Jadi peredaran uang banyak beredar di masyarakat dan ini bisa menstimulus konsumsi," sebut Adji.

CAMP diketahui memiliki satu pabrik di Surabaya. Adapun produksi pabrik mencapai 25 juta–26 juta liter dengan kapasitas terpasang 30 juta liter per tahunnya.

Sekadar info, CAMP juga sudah memegang lisensi dari Viacom dan Disney untuk memproduksi es krim yang mencantumkan produk kedua perusahaan tersebut. Misal, CAMP memiliki es krim Ninja Turtles, yang adalah produk Viacom. Rencananya perseroan di 2018 ini akan menambah 2-3 produk lisensi baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×