kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China dan Kuwait calon kuat di Kilang Bontang


Senin, 15 Mei 2017 / 10:37 WIB
China dan Kuwait calon kuat di Kilang Bontang


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. PT Pertamina akan mengumumkan mitra dalam pembangunan proyek kilang Bontang pada Juni 2017. Pada proyek yang biasa disebut New Grass Root Refinery (NGRR) Bontang, Pertamina telah menggelar project expose pada Februari 2017 yang dihadiri 26 konsorsium.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Rachmad Hardadi menegaskan, hingga kini Pertamina belum mengambil keputusan siapa mitra yang akan menggarap proyek kilang Bontang. Padahal pada Februari lalu Pertamina menyatakan bisa memperoleh mitra strategis pada 28 April 2017. "Karena masih dalam proses, akhir Juni 2017 baru bisa kami umumkan," ujar Hardadi kepada KONTAN, Minggu (14/5).

Hardadi pun masih enggan membuka perusahaan mana saja yang menjadi kandidat kuat menggarap mega proyek kilang Bontang. "Nanti saja, ya. Ini masih dalam proses. Nanti akhir Juni," katanya.

Meskipun Hardadi tidak membuka suara soal mitra yang akan digandeng, Wakil Menteri ESDM yang sekaligus Wakil Komisaris Utama Pertamina, Arcandra Tahar membeberkan bahwa Pertamina sudah memiliki kandidat kuat calon mitra Pertamina dalam proyek kilang tersebut, yakni perusahaan dari Kuwait dan China. "Setahu saya belum ada pemenang. (Kandidat kuat) Ada dari China dan Kuwait," terang Arcandra ke KONTAN, Minggu (14/5).

Dalam Catatan KONTAN dari daftar konsorsium yang ikut project expose, perusahaan yang berasal dari China memang lebih dari tiga. Sementara untuk perusahaan Kuwait tidak ikut project expose. Hardadi pun belum mau memberikan konfirmasi terkait prospek perusahaan asal Kuwait untuk menang meskipun tidak menghadiri proses project expose.

Pada 19 Agustus 2010, Kuwait Petroleum Corp (KPC) memang pernah meneken nota kesepahaman dengan Pertamina guna menggelar studi kelayakan pembangunan Kilang Baru Balongan yang berkapasitas 200.000-300.000 barel per hari. Kilang tersebut nantinya terintegrasi dengan kompleks kilang di Jawa Barat. Namun, kerjasama itu batal pada 2014 karena KPC meminta pembebasan pajak penghasilan (PPh) atau tax holiday 30 tahun. Selanjutnya mereka minta tarif PPh cuma 5%, padahal PPh badan lain 20%. Pemerintah hanya bisa memberikan tax holiday selama 10 tahun.

Meski belum ditentukan pemenangnya, Pertamina telah menetapkan empat karakteristik utama calon mitra. Pertama; memiliki rekam jejak yang baik, kuat berbisnis industri pengolahan minyak, terutama dalam operasional dan eksekusi proyek. Kedua, bisa menyesuaikan dengan struktur dan model bisnis yang dikehendaki Pertamina. Ketiga, memiliki keinginan kuat mempercepat proyek dan menyelesaikannya pada 2023. Keempat, memberikan nilai menarik bagi proyek GRR Bontang.

Pertamina bersama mitra strategis akan memulai proses bankable feasibility study (BFS) yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2018, sekaligus menuntaskan pembentukan konsorsium dan akan ditetapkan Preliminary-Investment Decision 1 yang menggambarkan perkiraan investasi proyek Bontang.

Kuwait unggul

Komaidi Notonegoro Direktur Eksekutif ReforMiner Institute menyatakan, dari kedua kandidat kuat tersebut, untuk pembangunan kilang, maka Kuwait masih memiliki keunggulan dalam beberapa hal. "Salah satunya jaminan pasokan minyak mentahnya relatif lebih baik," kata Komaidi.

Meskipun begitu, Komaidi menyebut kedua negara secara bilateral memiliki nilai yang strategis bagi Indonesia. Untuk itu Komaidi menyarankan agar Pertamina memilih mitra berdasarkan aspek bisnisnya saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×