kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Curah hujan susutkan permintaan bahan peledak


Senin, 18 Oktober 2010 / 08:26 WIB
Curah hujan susutkan permintaan bahan peledak
ILUSTRASI. IHSG DITUTUP MENGUAT


Reporter: Ario Fajar |

JAKARTA. Permintaan bahan peledak kuartal III sebesar 110.000 ton, sama dengan kuartal II tahun lalu. Salah satu pemicu mandeknya permintaan ini adalah curah hujan yang tinggi yang menggiring industri pertambangan emas, batubara, dan batu kapur menghentikan pembukaan lahan.

Ketua Asosiasi Produsen dan Distributor Bahan Peledak Indonesia (Asprodispa) Harry Sampurno menjelaskan, sebelumnya Asprodispa memprediksi permintaan pada kuartal III ini akan naik naik 17% dari kuartal II. Pasalnya, biasanya permintaan bahan peledak yaitu amonium nitrat akan besar terjadi pada kuartal III dan kuartal IV. Asprodispa sendiri menargetkan permintaan amonium nitrat akan mencapai 430.000 ton tahun ini.

"Rasanya sulit mencapai angka tersebut, mengingat bulan Oktober ini saja cuaca masih sulit diprediksi, " imbuh Harry. Amonium nitrat merupakan bahan baku peledak yang bisa digunakan secara komersial untuk industri pertambangan dan keperluan pertahanan.

Tahun 2008 permintaan amonium nitrat sebesar 357.000 ton. Tahun 2009 melonjak menjadi 420.000 dan pada kuartal I-2010 permintaan amonium nitrat hanya 100.000 ton. Indonesia sendiri belum bisa mengeskpor amonium nitrat karena produksi yang terbatas.

Permintaan kebutuhan amonium nitrat dalam negeri mencapai 400.000-450.000 ton per tahun. Sebanyak 36.000 berasal dari produksi PT Multi Nitroma Kimia (MNK). Sisanya sebanyak 364.000 ton harus mengimpor dari Australia (40%), China (30%), sisanya dari India, Korea, Thailand, Cili, Mersir, Filipina, Swedia, Rusia dan Perancis.Tingkat utilisasi amonium nitrat mencapai 100% setiap tahun.

Lesunya permintaan memang membuat produksi MNK tidak meningkat. Padahal MNK tengah menyiapkan pabrik baru berkapasitas 100.000 ton tahun depan senilai US$ 60 juta, sehingga total produksi diharapkan bisa mencapai 140.000 ton per tahun.

"Jika hingga kuartal IV permintaan masih tidak melonjak, alhasil produksi kami akan bertengger dijumlah yang sama seperti tahun lalu (36.000 ton)," ujar NY Judyono Direktur Utama MNK.

Pemain lain, PT Dahana juga masih melihat kondisi pasar hingga kuartal IV tahun ini. Harry yang sekaligus Direktur Keuangan dan Pengembangan Bisnis Dahana, tidak mampu gegabah mengimpor dan memproduksi besar-besaran permintaan amonium nitrat tahun ini dan tahun depan. "Kami takut merugi jika kami produksi atau impor banyak tahun ini," katanya.

Tahun depan, Dahana berencana akan membangun pabrik di Bontang, Kalimantan Timur, guna menambah produksi bahan peledak menjadi 150.000- 200.000 ton per tahun.Dahana juga tidak ingin bergantung pada impor yang selama ini berasal dari Australia.

Saat ini ada dua pabrik amonium nitrat di Bontang yang mulai dibangun. Kerja sama pembangunan pabrik amonium nitrat berkapasitas 300.000 ton antara PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) dan PT Rekayasa Industri. Satu pabrik pembangunan amonium nitrat membutuhkan investasi US$ 173 juta.

"Mungkin 2012 Indonesia akan bisa mengekspor amonium nitrat ke pasar dunia, ini jika perusahaan bahan peledak menambah pabrik dan meningkatkan produksinya setiap tahun," tandasnya.

Catatan saja, nilai pasar industri bahan peledak sekitar Rp 5 Triliun, 60% diserap oleh perusahaan tambang skala besar seperti PT Freeport Indonesia, PT Newmont Nusa Tenggara dan PT Kaltim Prima Coal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×