kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,25   -8,11   -0.87%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dendi, pimpin BUMN berusia dini


Minggu, 09 April 2017 / 18:20 WIB
Dendi, pimpin BUMN berusia dini


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Apa rasanya menjadi bos perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada usia yang relatif masih muda? Pertanyaan ini bisa dijawab oleh seorang Dendi Anggi Gumilang.

Pada 2 Februari 2017 lalu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengangkat Dendi sebagai Direktur Utama PT Perikanan Nusantara (Perinus) menggantikan posisi Usman Perdanakusumah.

Dengan usia baru 36 tahun, Dendi terbilang cukup muda ketimbang bos-bos perusahaan BUMN lainnya. Dendi juga terbilang sebagai orang baru di bidang perikanan, karena baru menggeluti bidang ini tahun 2016 saat menempati posisi sebagai Direktur Operasional Perum Perikanan Indonesia (Perindo).

Dendi dinilai dapat memajukan Perinus yang dalam beberapa tahun terakhir tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Bahkan kinerja perusahaan pelat merah ini cenderung stagnan, baik produksi maupun pendapatan.

Saat berbincang dengan KONTAN pekan lalu, Dendi mengakui bahwa dirinya bukanlah sosok yang punya rekam jejak panjang dalam sektor perikanan. Namun, dia yakin pengalamannya dalam berbisnis akan mampu mengubah wajah Perinus, yang saat ini dinilai memiliki kinerja biasa-biasa saja. Dendi juga mengakui bukanlah seorang profesional tulen yang merintis karier profesionalnya dari bawah hingga ke puncak.

Pasca lulus kuliah dari Fakultas Ekonomi Pembangunan Universitas Trisakti Jakarta pada tahun 2001, Dendi langsung melanjutkan ke jenjang pascasarjana dengan masuk ke Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM). Nah, dalam perjalanannya mengejar gelar magister, Dendi mulai merintis bisnis pada tahun 2002.

Dendi bersama teman-temannya mendirikan PT Ardenta Multi Transindo yang berkecimpung dalam aktivitas bisnis logistik dan jasa pengiriman barang.

Setelah lulus dari kuliah strata II (S-2) pada tahun 2003, Dendi memilih fokus mengembangkan usahanya sampai memiliki banyak cabang. Ia pun akhirnya menjadi pemegang saham mayoritas diperusahaan tersebut. "Sambil menjalankan usaha, saya pun memutuskan untuk terlibat dalam berbagai organisasi," ujarnya.

Dendi tercatat pada sejumlah organisasi pengusaha, seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Dia  juga menjabat posisi strategis seperti Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) tahun 2011, dan saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Kompartemen BUMN Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Indonesia sejak 2016.

Pengembangan relasi bisnis menjadi salah satu alasan Dendi terlibat dalam sejumlah organisasi. Relasi yang cukup luas membuat usahanya terbilang berhasil, terlihat dari kinerja perusahaan yang dimilikinya terus berkembang. Dendi juga semakin dikenal di kalangan pengusaha Tanah Air.

Upaya Dendi menjaring relasi berbuah manis ketika pada tahun 2013, ia ditunjuk menjadi Komisaris Renewable Energy PT Medco Energi Internasional. Jabatan ini membuat waktu Dendi mengurus perusahaannya semakin minim. Dia kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan dan menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada adik kandungnya. Ini dilakukan agar dia bisa konsentrasi penuh di Medco.

Dipercaya menjadi salah satu komisaris di perusahaan sebesar Medco tak membuat Dendi besar kepala. Dia justru semakin bersemangat untuk terus belajar. Ini dibuktikan dengan langkahnya meneruskan jenjang pendidikannya ke level doktor, sehingga pada tahun 2014 dia akhirnya lulus gelar doktor ilmu manajemen bisnis dari Institut Pertanian Bogor (IPB). 

Tiga tahun menjadi Komisaris Medco, Dendi mulai melirik karier profesional di perusahaan BUMN. Dia  menerima tawaran menjadi Direktur Operasional Perum Perindo pada 2016 hingga akhirnya dipercaya menjadi Direktur Utama Perinus pada 2 Februari 2017.

Terhitung dua bulan setelah menjadi nahkoda Perinus, Dendi langsung tancap gas untuk membenahi kinerja perusahaan. Dalam sebulan pertama kepemimpinannya di Perinus, dia mulai melakukan pembenahan di berbagai bidang, salah satunya infrastruktur seperti lemari pendingin (cold storage) dan penambahan kapal penangkap ikan. Dalam dua bulan kepemimpinannya, Dendi sudah mengambil sejumlah keputusan penting yang dapat mempercepat laju perusahaan.

Pertama, Dendi mengamankan satu kontrak ekspor gurita 1.000 ton dengan Ajirushi, perusahaan asal Jepang. Kontrak senilai Rp 50 miliar itu dipandang strategis karena kerjasama tersebut sudah ditandatangani sejak 2016. Namun realisasinya terganjal ketidaksiapan Perinus membangun air blast freezer (ABF) dan cold storage yang menjadi syarat ekspor.

Untuk pembangunan kedua infrastruktur tersebut, Perindo merogoh kocek sebesar Rp 5,5 miliar. "Pembangunan ini kami lakukan hanya dalam waktu tiga minggu sejak saya menjabat," ujarnya.

Dengan bermodalkan segudang pengalaman dan pengetahuan, Dendi optimis dapat memimpin Perinus meskipun usianya masih tergolong muda.

Belajar jadi birokrat

Dendi juga yakin, meskipun latar belakangnya bukan pengusaha di bidang perikanan, termasuk pendidikannya yang tidak ada hubungannya dengan perikanan, bisnis Perinus akan maju di tangannya. Latar belakang yang tidak sesuai dinilainya bukan penghalang baginya untuk memimpin Perinus.

Menurut Dendi, sebagai pemimpin ada dua hal utama yang harus dipegang teguh dan dijalankan agar perusahaannya bisa maju, yakni manajerial kepemimpinan dan pembentukan tim kerja yang baik.

Selain itu, pengalaman sebelumnya menjadi pengusaha ternyata telah mengajar Dendi untuk cermat melihat peluang. Pengalaman tersebut juga makin menguatkan intuisi bisnisnya dalam melihat setiap peluang untuk memajukan perusahaan.

Selain modal kepemimpinan dan pandai melihat peluang, Dendi juga membawa modal penting ke Perinus, yakni pengalaman dan kemampuannya melobi orang lain, baik bawahan maupun rekan bisnis pada tempat yang sepatutnya.

Dendi bilang tiga modal yang dilakukannya di perusahaan miliknya dulu akan coba diaplikasikan di Perinus. Hal itu diharapkan dapat membuat kinerja perusahaan pelat merah ini semakin mengkilap.

Kendati telah memiliki pengalaman dan kemampuannya, Dendi mengakui memimpin perusahaan BUMN tak akan semudah memimpin perusahaan yang dibangunnya sendiri. "Ketika memimpin BUMN, dalam mengambil keputusan harus lebih teliti karena harus mempertanggungjawabkan kepada negara. Sementara kalau di perusahaan hanya  mempertanggungjawabkan kepada pemegang saham sehingga masih memungkinkan lebih longgar," tuturnya.

Dendi mengaku tidak terlalu asing di birokrasi. Sebab ayahnya merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang pernah menjabat sebagai kepala dinas di Provinsi Jawa Timur. Karena itu, ia juga mengenal dunia birokrasi sejak kecil dari ayahnya. Ia mengaku banyak belajar dari ayahnya sebagai birokrat dalam menjalankan sebuah kepemimpinan.

Sedangkan jiwa sebagai pengusaha diwarisi Dendi dari ibunya. Sebab ibunya berprofesi sebagai pedagang dan banyak memberikan inspirasi dan mendorongnya untuk menjadi pengusaha.

 Gaya memimpin sebagai birokrat dan pengusaha coba diaplikasikan Dendi dengan menjadikan kedua orang tuanya sebagai contoh.

Dalam menjalankan kepemimpinan, ayah tiga anak ini berpegang teguh pada filosofi memberikan kontribusi yang terbaik bagi yang dipimpin. Agar hal itu bisa tercapai, maka ia harus menjadi pemimpin untuk semua.

Menurutnya, yang menjadikan seorang pemimpin menjadi pimpinan adalah sisi profesionalitas yang menjadi patokan atau rujukan bagi semua orang di perusahaan.

Makanya Dendi memastikan akan selalu menjaga profesionalitasnya dalam bekerja, sebelum menuntut bawahannya untuk bekerja secara profesional. Ia bilang dengan membuat semua elemen perusahaan menjunjung tinggi profesionalisme dalam bekerja, maka perusahaan bisa bergerak maju dengan lebih cepat di luar ekspektasi.

"Saya ingin di bawah kepemimpinan saya, Perinus memberikan dampak multi efek kepada masyarakat," tandasnya.

Di bawah kepemimpinan Dendi, Perinus mematok target ambisius dengan kenaikan produksi mencapai hampir tiga kali lipat lebih dibandingkan produksi tahun lalu. Bila tahun 2016 produksi 6.000 ton, maka pada tahun 2017 Dendi menargetkan bisa mencapai 14.000 ton dengan pendapatan Rp 360 miliar dan laba bersih Rp 26 miliar.

Target itu tergolong cukup tinggi karena target ini lebih dari enam kali lipat bila dibandingkan dengan nilai pendapatan tahun lalu yang hanya Rp 120 miliar dengan laba bersih cuma Rp 4 miliar.

Untuk mencapai target ambisius tersebut, menurut Dendi, Perinus akan memanfaatkan semua aset dan jaringan yang dimilikinya. Dengan kinerja yang baik, Perinus juga diharapkan menjadi stabilisator harga ikan di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×