kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dirjen Migas: Kerusakan Fuel Pump Bukan Salah Premium


Kamis, 29 Juli 2010 / 21:35 WIB
Dirjen Migas: Kerusakan Fuel Pump Bukan Salah Premium


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Djumyati P.

BANDUNG. Dirjen Minyak dan Gas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo masih terus akan melakukan pengecekan sampling terkait dengan kerusakan fuel pump mobil.

Evita mengatakan, pemerintah tidak menemukan adanya penurunan kualitas premium milik PT Pertamina (Persero). “Kita sudah cek dan semuanya baik-baik saja. Spesifikasi bagus, sulfur bagus, air bagus. Pasokan dari kilang Balongan juga bagus,” kata Evita, Kamis (29/7).

Meski dirinya memastikan kesalahan bukan kepada premium, Evita belum berani mengatakan siapa yang salah dalam tragedi fuel pump tersebut. Evita hanya menyarankan kepada para pemilik kendaraan yang di atas tahun 2005 menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax. Karena untuk kendaraan di atas tahun 2005, BBM yang dipakai harus menggunakan oktan 91 sementara untuk kualitas premium masih menggunakan oktan 88.

“Saya juga bingung apa masalahnya karena setelah semua dicek baik-baik saja. Tapi kita akan terus selidiki. Saya punya Vios persis seperti dipergunakan taxi. Tapi memang mobil keluaran di atas tahun 2005 semestinya sih menggunakan Pertamax bukan Premium,” kata Evita.

Sebelumnya, Evita menduga kerusakan fuel pump terletak pada SPBU karena tangki SPBU tidak dibersihkan alias kotor. Namun, dugaan itu mendapatkan bantahan keras dari Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas), Erry Purnomo Hadi. "Kalau memang SPBU yang rusak kenapa tidak semua kendaraan yang mengisi di SPBU tersebut mogok," ujar Ketua Umum Hiswana Migas, Eri Purnomo Hadi.

Eri menjamin, pada masing-masing dispenser pump SPBU sudah ada filter penyaring BBM. Sehingga secara otomatis apabila tangki timbun BBM di SPBU kotor maka akan terkena lebih dulu dispensing pump SPBU dan akan macet lebih dulu. Menurut Eri, berdasarkan hasil pengecekan di lapangan, sampai saat ini belum ditemukan fakta yang menjurus ke arah kualitas maupun tangki yang kotor.

"Jadi secara logika jika masalahnya dikaitkan dengan SPBU sungguh tidak masuk akal dan berlebihan. Kenyataannya fuel pump rusak hanya terjadi pada mobil tertentu dan mengisi secara acak di semua SPBU," kata Eri.

Sebelumnya, Kepala Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas), Tubagus Haryono menyatakan pihaknya telah melakukan uji petik terhadap sampel BBM jenis premium di Pool Taxi Gamya Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil sementara uji petik tersebut menunjukkan premium yang dari tangki timbun (Buttom to top) memiliki Road Octane Number (RON) 89,9 dan berwarna kuning keruh.

Sementara untuk sample premium yang diambil dari Nozzle Dispenser, justru memiliki RON yang lebih tinggi yaitu 90,3 dengan warna kuning jernih. Sedangkan, dari saringan Fuel Pump Mobil yang Mogok, nilai RON menurun drastis ke level 88,1 dan berwarna hitam gelap.

"Dari pemeriksaan RON ternyata masih memenuhi spek. Selain itu, kami juga melakukan pemeriksaan secara acak dari SPBU di Condet," ungkapnya.

Tubagus menambahkan, untuk memperkuat hasil sementara uji petik tersebut, pihaknya akan bekerjasama dengan Lembaga Minyak dan Gas bumi (Lemigas) untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai impurities (kotoran) yang ada dalam BBM tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×