kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garmen lokal andalkan label global untuk ekspor


Kamis, 08 Juni 2017 / 10:33 WIB
Garmen lokal andalkan label global untuk ekspor


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Di tengah gempuran produk tekstil dan garmen impor, produsen tekstil dan garmen domestik berupaya melawan. Beruntung, semakin maraknya merek mode global yang menancapkan kuku di pasar domestik justru menjadi berkah bagi para produsen dalam negeri.

Menurut Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), pelaku produk fesyen global mau tidak mau harus memindahkan tempat produksi di luar negara yang bersangkutan, salah satunya Indonesia. Tujuannya, mengurangi risiko memproduksi garmen di satu lokasi atau negara saja.

Rupanya, pilihan pemain global tersebut tidak di kawasan industri yang sudah terkenal, seperti Cikarang atau malah Karawang. Mereka justru menempatkan lokasi produksi di Jawa Tengah.

Maklum, upah minimum di daerah tersebut masih rendah ketimbang di Jawa Barat, terlebih di Karawang, yang saat ini tercatat menjadi salah satu daerah dengan upah minimum tertinggi di Indonesia. "Mereka kebanyakan menempatkan produksi di Jawa Tengah karena upahnya masih kompetitif dengan Vietnam," katanya kepada KONTAN, Rabu (7/6).

Sayang, Ade tidak mendetailkan investor tekstil asing yang sudah merelokasi tempat produksi ke Jawa Tengah. Yang jelas, kata Ade, perusahaan tersebut memang berorientasi ekspor. Tujuan pasar utamanya adalah pasar Tiongkok yang dari sisi jumlah penduduk yang terbesar di dunia.

Uniknya, perusahaan tekstil lokal kini juga mulai banyak memproduksi merek global. Sebab, merek fesyen lokal saat ini mulai kehilangan pamor dan kalah bersaing dengan merek internasional. "Baik itu Uniqlo, H&M, Mark and Spencer. Kami masuk melalui merek mereka, karena lewat merek sendiri susah," tambah Ade.

Ia menjelaskan, ada beberapa produsen tekstil lokal yang mendapat berkah dari keberadaan merek fesyen global di dalam negeri. Ia menyebut Grup Sari Warna, Ungaran Sari Garmen, Pan Asia serta Grup Sritex.

Menurut dia, kondisi ini bisa membuat ekspor tekstil nasional tumbuh. Tahun lalu, ekspor tekstil INdoensia turun 5% menjadi 12,82 milar. "Bisa naik tipis asal supply chain kami bisa berjalan lancar," tutur Ade.

Anne Patricia Sutanto, Wakil Presiden Pan Brothers mengakui, perusahaan itu berorientasi ekspor dan kerap memproduksi label fesyen asing. Seperti Uniqlo, Adidas, NorthFace, Lacoste, Salomon atau H&M.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×