kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri farmasi ditargetkan tumbuh 10% tahun ini


Selasa, 20 Maret 2018 / 18:01 WIB
Industri farmasi ditargetkan tumbuh 10% tahun ini
ILUSTRASI. Keterangan pers GP Farmasi Indonesia


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Didukung oleh Inpres Nomor 6/2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat kesehatan, industri farmasi cukup percaya diri melalui tahun 2018 ini dengan baik.

Tahun lalu pertumbuhan industri farmasi tercatat hanya 6,85%. Perolehan tersebut dianggap sudah lumayan, sebab akhir-akhir ini meski volume penjualan naik namun secara value belum bisa meningkat secara signifikan.

Kendradiadi Suhanda, Ketua Umum Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia mengatakan industri perlu terus berinovasi dan mengoptimalkan riset teknologi yang ada. "Apalagi kami diminta pemerintah di 2025 nanti nilai pasarnya bisa Rp 700 triliun," sebutnya kepada Kontan.co.id, Selasa (20/3).

Ambisi besar ini, tutur Kendra, perlu dukungan lebih dari pemerintah. Sebab sebagai gambaran saja, nilai pasar farmasi dan obat-obatan di Indonesia menurut catatan GP Farmasi di tahun lalu masih sekitar Rp 75 triliun.

Sebanyak 30% dari nilai tersebut diisi oleh nilai pasar dari bahan baku industri, sedangkan 10% dari nilai pasar farmasi diisi oleh kue kemasan farmasi. Sedangkan sisanya sebagian besar adalah produk jadi berupa obat-obatan dan lainnya.

Roadmap 2025 tersebut diakui Kendra cukup besar, apalagi di tingkat Asean, dimana Indonesia mengambil pangsa pasar sekitar 27%. Namun menurutnya, nilai tersebut belum seberapa dibandingkan nilai pasar farmasi global. Tahun lalu saja, nilai pasar farmasi global mencapai US$ 1 triliun.

Pada tahun ini, GP Farmasi belum terlalu muluk-muluk mematok target, yakni kisaran 10%.

Industri farmasi saat ini masih bergantung dengan impor, dimana 95% bahan baku didatangkan dari luar negeri. "Untuk itu pemerintah mendorong bahan baku, khususnya bahan herbal bisa capai kemandirian," terang Kendra.

Salah satu produsen obat herbal, PT Sido Muncul Tbk (SIDO) misalnya diapresasi lantaran mampu mengembangkan pasar obat herbal sejak lama. "Di Indonesia ini banyak bahan bakunya, namun masih kurang industri manufaktur obat herbal itu sendiri," ungkap Irwan Hidayat, Direktur Marketing PT SIDO kepada Kontan.co.id, Selasa (20/3).

Padahal menurut Irwan, pangsa pasar obat herbal tidak hanya di domestik Indonesia melainkan juga luar negeri. Saat ini terdapat sekitar 500 bahan obat herbal yang telah mendapat izin BPOM, di luar itu menurut Irwan masih menyimpan potensi untuk terus diteliti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×