kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jaga arus kas, Pertamina minta tagihan pemerintah Rp 20 triliun dibayar


Senin, 12 Maret 2018 / 18:29 WIB
Jaga arus kas, Pertamina minta tagihan pemerintah Rp 20 triliun dibayar
ILUSTRASI.


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah memutuskan untuk menetapkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar tetap sama hingga 2019 di tengah harga minyak yang cenderung naik. Untuk meringankan beban Pertamina, pemerintah berencana menambah subsidi solar menjadi Rp 1.000 per liter.

Biarpun begitu, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Gigih Prakoso mengatakan Pertamina tetap harus melakukan efisiensi dalam proses bisnis sehingga ada dana untuk melakukan investasi. Selain itu, Pertamina juga berharap bisa mendapatkan dana segar dari pemerintah berupa pembayaran tagihan subsidi BBM.

Dari data Kementerian Keuangan, utang pemerintah ke Pertamina untuk subsidi solar untuk tahun 2016 sekitar Rp 20 triliun. Menurut Gigih, dana tersebut bisa digunakan untuk menjaga arus kas (cash flow).

"Walaupun harga BBM tidak naik mudah-mudahan kami masih bisa pertahankan supaya kita profit. Cash flow kami tetap bicara dengan pemerintah supaya tagihan-tagihan bisa dibayar. Dengan demikian masih ada investasi, bisa kami alokasikan investasi," kata Gigih pada Senin (12/3).

Lebih lanjut Gigih bilang Pertamina harus terus melakukan investasi. Terutama untuk menjaga produksi migas dan membangun infrastuktur hilir migas.

"Karena investasi tidak boleh berhenti, terutama untuk di hulu peningkatan produksi, untuk pembangunan kilang, di pemasaran untuk infrastruktur, juga di gas perlu dibangun,"pungkasnya.

Pada tahun ini Pertamina menganggarkan belanja modal (capex) sebesar US$ 5,59 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk investasi si sektor hulu migas mencapai 59% atau sebesar US$ 3,29 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan lapangan Jambaran-Tiung Biru, alih kelola Blok Mahakam, dan pengembangan geothermal.

Di bidang pemasaran, Pertamina menganggarkan capex sebesar 15% atau sebesar US$ 838 juta. Dana tersebut akan digunakan untuk peningkatan infrastruktur pasokan dan distribusi (TBBM,Pipa). Selain itu juga digunakan untuk peremajaan kapal dan pelaksanaan BBM Satu Harga di kawasan 3 T sebanyak 50 titik.

Selain pemasaran, Pertamina juga menganggarkan investasi untuk direktorat megaproyek pengolahan dan petrokimia sebesar 15% atau sebesar US$ 838 juta. Pada tahun lalu Pertamina hanya menganggarkan capex untuk megaproyek pengolahan dan petrokimia sebesar US$ 415 juta.

Sementara untuk direktorat pengolahan dianggarkan capex sebesar 3% atau setara US$ 167 juta. Capex tahun ini naik dari capex pengolahan tahun lalu sebesar US$ 120 juta.

Dana tersebut digunakan untuk proyek-proyek RDMP,GRR, dan PLBC. Pelaksanaan proyek upgrading kilang eksisting Pertamina sebanyak empat kilang dan pembangunan dua kilang baru ini nantinya akan menambah kapasitas kilang Pertamina menjadi dua juta barel per hari pada tahun 2025.

Dana investasi di pengolahan juga digunakan untuk peningkatan fleksibilitas minyak mentah kilang. Ada juga investasi untuk pengembangan produk turunan.

Sisa capex Pertamina tahun ini digunakan untuk proyek gas sebesar 5% atau mencapai US$ 279 juta dan riset pendukung lainnya sebesar 3% atau mencapai US$ 167 juta.

Capex untuk proyek gas dan kegiatan lainnya pada tahun ini juga meningkat dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2017, capex untuk proyek gas hanya sebesar US$ 149 juta dan capex untuk kegiatan lain-lain sebesar US$ 120 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×