kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemdag diminta intervensi harga lada


Selasa, 14 November 2017 / 07:57 WIB
Kemdag diminta intervensi harga lada


Reporter: Abdul Basith | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) diminta serius menangani tata niaga perdagangan lada. Pasalnya harga lada di petani dan ritel mengalami ketimpangan tajam. Jika harga lada di petani sebesar Rp 50.000 per kilogram (kg), sementara di ritel modern Rp 330.000 per kg. Ada selisih sebesar 560% antara harga di petani dan di ritel.

Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Infrastruktur dan Investasi Muhammad Abduh mengatakan, pihaknya telah meminta Kemdag meningkatkan pengawasan terhadap mata rantai perdagangan lada ini. Selain terjadi perbedaan harga yang tajam, harga lada di tingkat petani juga terus turun.

Tahun 2015 harga lada di petani Rp 150.000 per kg. "Masalah harga memang tidak mudah karena itu, para eksportir perlu dikumpulkan untuk mencari solusinya. Kalau perlu barangnya ditahan dulu supaya harga bisa naik," ujar Abduh, Senin (13/11).

Selain harga lada terus mengalami penurunan, produktivitas lada di Indonesia juga ikut turun, bahkan jauh di bawah lima negara yang tergabung dalam Organisasi negara produsen lada atau International Pepper Community (IPC).

Saat ini, rata-rata produksi lada dalam negeri sebesar 0,6 ton per hektare (ha) per tahun atau jauh di bawah Vietnam bisa mencapai 3,2 ton per ha per tahun. Meski begitu, Indonesia masih menjadi produsen lada terbesar kedua di dunia, setelah Vietnam. Saat ini, produksi lada Indonesia mencapai 82.000 ton per tahun dan Vietnam mencapai 150.000 ton per tahun.

Deny Wachyudi Kurnia, Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional menilai, organisasi negara produsen lada yang tergabung dalam IPC belum mampu mengendalikan harga lada. "Perhatian IPC ke masalah penanganan harga tidak maksimal karena banyak masalah lain yang dilihat termasuk planting material, bibit, hama, dan kualitas," ujarnya.

Apalagi menurut Deny IPC bukanlah organisasi yang besar. Saat ini IPC terdiri dari lima negara yaitu Indonesia, India, Vietnam, Malaysia, dan Srilanka. Agar lebih kuat maka saat ini IPC tengah mengupayakan China dan Kamboja untuk bergabung.

Deny menambahkan, penurunan harga lada pada saat ini menjadi dampak dari kelebihan produksi yang terjadi di pasar global. Hanya saja di Indonesia, produksi lada masih sedikit. Dari total lahan pertanian lada seluas 150.000 hektar (ha), produksi lada hanya sekitar 75.000 ton hingga 85.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×