kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin manfaatkan fasilitas nonfiskal untuk pacu ekspor


Senin, 30 April 2018 / 18:00 WIB
Kemenperin manfaatkan fasilitas nonfiskal untuk pacu ekspor
ILUSTRASI. Sentra Kerajinan Anyaman Bambu di Bangli, Bali


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) berupaya melalui berbagai langkah dan kebijakan strategis untuk mendorong pelaku industri nasional dalam meningkatkan ekspor produknya. Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara, hal ini menjadi salah satu kunci utama guna memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

“Selain itu, yang perlu dilakukan adalah peningkatan jumlah eksportir, terutama dari pelaku industri agar mereka dapat melakukan ekspor secara langsung, " kata Ngakan di Jakarta dalam keterangan resminya, Senin (30/4).

Terkait hal tersebut, Ngakan menjelaskan, Kemperin telah melakukan kegiatan dalam mengoptimalikan pemanfaatan fasilitas nonfiskal, seperti penyelenggaraan pelatihan untuk memacu pengetahuan dan kapasitas pelaku industri nasional. Kebijakan fasilitas nonfiskal ini diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri.

"Implementasinya, BPPI Kemperin melakukan kerja sama melalui MoU dengan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan dalam rangka melaksanakan Workshop Program Peningkatan Ekspor Produk Industri," paparnya.

Ngakan menyebutkan, lokasi pertama yang dipilih dalam kegiatan loka karya tersebut adalah Provinsi Bali, sebagai salah satu daerah yang berpotensi untuk mendongkrak nilai ekspor nasional. "Apalagi, Bali memiliki jumlah industri dan produk yang bervariasi," ujarnya.

Kegiatan workshop perdana, telah dilakukan selama tiga hari, mulai tanggal 11-13 April 2018 di Kota Denpasar dengan mengusung tema Bagaimana Memulai Ekspor. Beberapa topik yang dicakup dalam loka karya ini meliputi tentang mengenal bisnis ekspor, indetifikasi potensi pasar ekspor, pengembangan produk ekspor, biaya dan harga untuk ekspor, sampai dengan latihan kalkulasi harga ekspor.

Dalam pelaksanaan workshop yang pertama, sebanyak 30 pelaku industri di daerah provinsi Bali yang ikut berpartisipasi. "Peserta ini merupakan pelaku industri dengan beragam produk, mulai dari kerajinan, perhiasan, fesyen, sepatu, dan pengolahan kayu," sebut Ngakan.

Kepala BPPI berharap, setelah mengikuti workshop tersebut, pelaku industri nasional dapat melakukan ekspor secara langsung atau mampu menumbuhkan eksportir baru. “Dengan melakukan ekspor secara langsung tersebut, profit pelaku industri akan semakin meningkat, karena selama ini mereka melakukan ekspor melalui trader sebagai pihak ketiga," ungkapnya.

Ke depannya, lanjut Ngakan, peluang eksportir baru tersebut akan semakin didorong dengan fasilitas lainnya dari pemerintah, seperti melalui pembiayaan ekspor. "Pemerintah telah mengalokasikan fasilitas pembiayaan ekspor yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri nasional jika melakukan ekspor produk industri dengan tujuan ke kawasan Afrika," imbuhnya.

Ngakan meyakini, upaya-upaya tersebut mampu memacu kinerja ekspor Indonesia dari sektor industri. Pasalnya, selama ini ekspor dari sektor industri memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2017, industri menyumbang sebesar 74,10% dalam struktur ekspor Indonesia dengan nilai mencapai US$ 125,02 miliar, naik 13,14% dibanding 2016 sekitar US$ 109,76 miliar.

“Seiring dengan peningkatan tersebut, neraca perdagangan produk industri juga terus mengalami peningkatan," ucap Ngakan.

Pada tahun 2014, neraca perdagangan produk industri mengalami defisit sebesar US$ 4,81 miliar. Sedangkan, tahun 2017, neraca perdagangan mengalami perbaikan sehingga menjadi surplus di angka US$ 2,87 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×