kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemperin gandeng UNDP mengurangi sampah plastik


Senin, 25 Juni 2018 / 12:05 WIB
Kemperin gandeng UNDP mengurangi sampah plastik
ILUSTRASI. DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian bersama Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pembangunan alias United Nations Development Programme (UNDP) berupaya mengurangi sampah plastik di Indonesia. 

UNDP memperkirakan terdapat 13 juta ton sampah plastik yang terbuang ke lautan dan berdampak mengganggu lingkungan hidup di seluruh dunia setiap tahunnya.

Mereka mengajak seluruh pihak di Indonesia agar bersinergi mengurangi polusi plastik. "Penanganan sampah plastik ini merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah, swasta, dan masyarakat," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemperin, Ngakan Timur Antara di Jakarta dalam keterangan resmi, Minggu (24/6).

Guna berkontribusi terhadap tujuan menekan polusi plastik, Kemperin dan UNDP menggelar pameran fotografi dan pameran instalasi seni berbahan sampah plastik, workshop mewarnai tas belanja berbahan kain, lomba memilah sampah, serta pemutaran film dokumenter tentang pembangunan berkelanjutan. Kegiatan ini diharapkan dapat membidik para generasi muda Indonesia agar perhatian terhadap isu pembangunan lingkungan hidup.

Menurut Ngakan, secara garis besar, upaya menekan sampah plastik dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu meminimalisir penggunaan produk berbahan plastik sekali pakai, menggunakan material alternatif yang lebih mudah terurai, dan mendaur ulang sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi.

Untuk mengurangi sampah kantong plastik, sebenarnya penggunaan plastik urai hayati (biodegradable plastic) bisa menjadi salah satu solusi. "Namun itu belum begitu popular di kalangan non-retail, karena harganya dianggap masih relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan plastik konvensional," ungkapnya.

Kendati demikian, lanjut Ngakan, tidak hanya teknologi biodegradable plastik saja yang menjanjikan perubahan pola konsumsi plastik di masyarakat, namun juga kemasan siap makan (edible coating) mulai berkembang digunakan. “Kemasan tersebut sifat materialnya seperti plastik dan berfungsi seperti plastik yang lazim digunakan pada industri makanan," paparnya. Bahan edible coating ini biasanya dari material nabati seperti tapioka yang dipastikan lebih ramah lingkungan, dan tentunya bisa dimakan (edible).

Ngakan meyakini akan lebih banyak teknologi di masa depan yang dapat membantu memecahkan masalah plastik, namun demikian memasukkan plastik ke dalam circular economy merupakan salah satu solusi tercepat saat ini. “Contoh sederhana peran masyarakat dalam circular economy tersebut adalah dengan membawa kemasan sisa produk atau produk yang tidak terpakai ke dalam collecting point," jelasnya.

Senior Programme Manager UNDP Indonesia, Anton Sri Probiyantono menyampaikan, risiko yang ditimbulkan polusi plastik terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia telah mendorong masyarakat internasional untuk bertindak melalui gerakan global "Beat Plastic Pollution" dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni. 

"Kami ingin mendorong semua orang untuk mulai melakukan sesuatu yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelamatkan lingkungan hidup," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, pihaknya berkomitmen mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, salah satunya melalui produsen biodegradable plastic untuk meningkatkan produksinya. Upaya ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pelestarian lingkungan hidup.

"Kalau bisa, dalam waktu dua tahun ini, produknya 10 kali lipat makin banyak. Jadi, tidak hanya menggantikan untuk shopping bag tetapi juga packaging secara keseluruhan, dan tidak hanya di pasar modern tetapi juga tradisional," tuturnya.

Untuk itu, Menperin memacu peningkatan produksi biodegradable plastic hingga 5% dari jumlah kapasitas nasional saat ini sebesar 200.000 ton per tahun untuk menggantikan plastik konvensional yang tidak ramah lingkungan. "Sementara , konsumsi plastik di Indonesia mencapai 5 juta ton per tahun, dan baru 50% yang bisa dipenuhi dari industri dalam negeri," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×