kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemperin masih buka opsi impor gas


Rabu, 13 Desember 2017 / 21:24 WIB
Kemperin masih buka opsi impor gas


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas yang tinggi membuat industri lesu. Kementerian Perindustrian terus cari cara agar masalah ini tak membuat industri manufaktur melemah.

Sekjen Kementerian Perindustrian, Haris Munandar menjelaskan salah satu opsi yang akan ditempuh akan mengimpor gas dari negara lain. Mengingat saat ini pembicaraan masih alot dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM).

"Terutama untuk yang swasta sesuai dengan harapan mencapai US$ 6 dollar per mmbtu lagi diperjuangkan. Kalau memang tidak bisa dipenuhi didalam negeri mungkin impor," kata Haris, Rabu (13/12).

Asal tahu, ada industri yang terpuruk karena harga gas yang tak kunjung turun. Seperti industri kaca, keramik dan juga sarung tangan.

Dari catatan Kemenperin hingga tahun 2016 konsumsi energi untuk sektor industri mencapai 30,88%. Sekitar 70% dikonsumsi oleh industri yang padat energi yaitu industri pupuk dan petrokimia, industri pulp dan kertas, industri tekstil dan produk tekstil, industri semen, industri baja, industri keramik, industri kelapa sawit dan industri makanan dan minuman. Oleh karena itu untuk mendukung pertumbuhan industri nasional diperlukan ketahanan energi nasional.

Diproyeksikan kebutuhan energi sektor industri hingga tahun 2035 akan terus meningkat. Dari ke empat jenis energi yang dibutuhkan yaitu BBM, listrik, gas, dan batubara, kebutuhan gas untuk industri merupakan kebutuhan yang paling besar. Untuk kawasan industri prioritas dan proyek strategis nasional, energi terbesar yang dibutuhkan adalah energi listrik.

Menurut Haris, sektor industri sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi tidak hanya menciptakan output, namun mampu memberikan multiplier effect yang sangat luas, antara lain nilai tambah, meningkatkan pendapatan negara, perluasan lapangan kerja, penggerak investasi dan pendorong ekspor.

Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada kuartal III 2017 mencapai 5,49% atau naik apabila dibandingkan dengan periode kuartal I 2017 yang mencapai 4,76%. Capaian ini berada di atas pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06% dan memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 17,76%.

Kemenperin optimis bahwa Industri Indonesia akan dapat tumbuh lebih tinggi, dimana kami menargetkan pada tahun 2018 sektor industri pengolahan non migas akan tumbuh sebesar 5,67 %,. "Dengan sektor-sektor industri yang akan mendukung adalah sektor Makanan dan Minuman, Kimia, Farmasi, Logam Dasar, Alat Angkut dan Elektronika dan didukung dengan pembangunan kawasan industri di berbagai daerah di Indonesia," jelas Haris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×