kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,96   -11,56   -1.24%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemperin targetkan produksi aluminium 2 juta ton pada 2025


Jumat, 23 Februari 2018 / 16:55 WIB
Kemperin targetkan produksi aluminium 2 juta ton pada 2025
ILUSTRASI. Pabrik Aluminium PT Inalum


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian menargetkan produksi aluminium 1,5 juta ton-2 juta ton pada tahun 2025. Untuk itu, diperlukan kebijakan strategis dari pemerintah agar industri yang sudah ada dapat melakukan ekspansi atau menarik investasi baru.

“Beberapa upaya yang telah kami laksanakan, antara lain fokus menciptakan iklim usaha yang kondusif, menjalankan program hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah, dan memacu penggunaan produksi dalam negeri,” kata Harjanto, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE), Jumat (23/2).

Pentingnya menggenjot produksi aluminium ini sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN). Dalam hal ini, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, salah satu PSN yang tengah diakselerasi pengembangannya. 

Apalagi, Inalum memikul amanat negara sebagai induk dalam holding BUMN pertambangan. “Kami mengapresiasi selesainya pelaksanakan proyek Inalum pada 2017 yang menghasilkan produk aluminium 260.000 ton per tahun,” ujar Harjanto. 

Total kapasitas ini terdiri dari produksi ingot alloy 90.000 ton, billet aluminium 30.000 ton, dan aluminium ingot primer 140.000 ton per tahun. Sedangkan, kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 900.000 ton per tahun.

Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin menambahkan, pada 2017 Inalum memproduksi sekitar 250.000-260.000 ton aluminium. Rencananya, Inalum ingin meningkatkan produksi menjadi 500.000 ton pada 2021. “Peningkatan kita tahun 2017 lebih dari 25% dibanding 2016," ucapnya.

Dalam jangka panjang, Inalum menargetkan total produksi aluminium mencapai dua juta ton per tahun. Hal ini didukung oleh pabrik Smelting Plan di Kuala Tanjung dan pabrik di Kalimantan Utara. Pabrik di Kalimantan Utara tersebut ditargetkan mulai dibangun 2020.

Beberapa waktu lalu, Harjanto melakukan kunjungan kerja ke Inalum, yang berlokasi di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Medan, Sumatera Utara. Industri aluminium tertua di Asia Tenggara yang berdiri sejak 1979 ini memiliki tiga pabrik utama dengan luas 200 hektare (ha), meliputi pabrik karbon, pabrik reduksi, dan pabrik penuangan.

Dalam kunjungan itu, pihaknya berdiskusi dengan para stake holder. Harjanto menyebutkan, hasil diskusi ini antara lain mempertemukan antara pemasok dengan pembeli aluminium, kesepakatan dalam penerapan teknologi terkini dan standardisasi, serta upaya peningkatan penggunaan produk dalam negeri.

“Salah satu strategi menggenjot industri aluminium dalam negeri adalah dengan menerapkan SNI yang belum ada di produk aluminium untuk menahan masuknya produk impor yang tidak sesuai standar. Kami juga akan menyusun database produk yang sudah dibuat di dalam negeri, dan melakukan kontrol jumlah yang diimpor secara periodik,” tutur Harjanto.

Sementara itu, terkait rencana Inalum membangun pabrik aluminium di Kawasan Industri Tanah Kuning, Kalimantan Utara, perusahaan pelat merah tersebut saat ini menunggu kepastian pasokan listrik guna mendukung kegiatan produksinya.

“Industri ini butuh energi yang cukup besar, makanya perlu harga yang kompetitif juga," kata Harjanto. 

Pasokan listrik untuk Kawasan Industri Tanah Kuning, Kaltara rencananya disalurkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sungai Kayan yang akan dibangun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×