kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemperin usulkan insentif khusus untuk ekspor TPT


Rabu, 08 Juni 2016 / 16:28 WIB
Kemperin usulkan insentif khusus untuk ekspor TPT


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) mengusulkan pemberian insentif khusus untuk mendongkrak nilai ekspor industri tekstil dan produktekstil (TPT) nasional. Insentif tersebut diharapkan memperkuat daya saing industri TPT nasional agar mampu merebut pasar global.

“Kami memiliki pemikiran untuk mengkaji pemberian insentifkhusus berupa program energy refund dalam upaya mendongkrak nilai ekspor industri nasional. Industri TPT sebagai pilot project-nya,” kata Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA)Kemenperin Harjanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/6).

Program energy refund merupakan dana yang diberikanpemerintah kepada industri untuk mengganti biaya listrik yang
dikeluarkan. 

“Wacana ini terus kami koordinasikan dengan kementerian terkait seperti Kementerian Keuangan hingga nantidibahas di tingkat rapat koordinasi dengan Menteri KoordinatorBidang Perekonomian,” tuturnya.

Harjanto mengatakan, industri TPT dikategorikan sebagai sektor strategis karena menjadi motor penggerak industri manufaktur. Nilai ekspor industri ini hingga April 2016 mencapai USD 3,96 miliar.

Kontribusi industri TPT sangat signifikan terhadap perolehan devisa dengan nilai ekspor mencapai USD 12,28 miliar pada tahun 2015 dan menyumbang penyerapan tenaga kerja 10,6 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur.

Dia menambahkan, industri TPT nasional telah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional sehingga menjadi modal kuat guna menembus pasar global. 

“Pemerintah juga telah mengeluarkan berbagai paket kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomidan industri,” tuturnya.

Isi paket kebijakan ekonomi tersebut, diantaranya melakukan deregulasi, memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa menghambat di berbagai kementerian dan lembaga, serta menyusun sistem pengupahan untuk menjamin kepastian bagi tenaga kerja dan pelaku usaha.

“Selain itu, penurunan harga gas, diskon dan penundaan pembayaran rekening listrik bagi industri, serta pengembangan pusat logistik berikat dan beberapa kebijakan lainnya,” sebutnya.

Harjanto meyakini pasar global untuk industri TPT nasional semakin membaik. Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan daya saing dan perluasan ke pasar non tradisional. 

“Perkembangan industri TPT nasional selama dua tahun terakhir cenderung stagnan, baik di pasar domestik maupun internasional sebagai akibat melambatnya perekonomian dunia,”ujarnya.

Hal tersebut, kata Harjanto, didasarkan pada penguasaan pangsa pasar dunia yang baru mencapai 1,53 persen dan laju pertumbuhan industri terhadap PDB nasional sekitar 1,21 persen.

Namun, dia memprediksi permintaan produk industri TPT di dalam negeri cenderung naik pada periode Juni-Juli 2016. 

Seiring dengan kebiasaan masyarakat membeli pakaian menjelang Lebaran. “Permintaan domestik diperkirakan terus meningkat terutama dengan momen bulan Ramadan dan Idul Fitri2016 serta perbaikan ekonomi nasional,” ujarnya.

Kemenperin pun optimistis pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2016 berpotensi membaik dan diperkirakan mencapai 5,2-5,6 persen (year on year) atau lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun sebelumnya sebesar 4,79 persen. 

Hal ini terutama didorong akselerasi stimulus fiskal dan non fiskal melalui beberapa paket kebijakan ekonomi yang diterbitkan pemerintah.

“Pertumbuhan ekonomi juga didorong kuat oleh industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 20,8 persen pada triwulan I 2016,” ujar Harjanto. Bahkan, katanya, industri pengolahan juga merupakan penyumbang terbesar ekspor dengan kontribusi 85,76persen dari total ekspor nasional.

Di samping itu, total ekspor industri terus mengalami peningkatan, dimana pada bulan April 2016 mencapai USD 10,17 miliar atau naik sebesar 4,27 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year) sebesar USD 9,76 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×