kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kepemilikan stok gula indikasikan impor berlebih


Kamis, 04 Januari 2018 / 19:29 WIB
Kepemilikan stok gula indikasikan impor berlebih


Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum keluarnya izin impor gula mentah membuat industri menggunakan stok simpanan Gula Kristal Rafinasi (GKR). Penggunaan stok GKR itu oleh industri makanan dan minuman mengindikasikan terdapat kelebihan impor GKR pada tahun 2017.

"Penggunaan stok menjelang keluarnya izin impor mengindikasikan adanya kelebihan impor," ujar Ketua Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikoen kepada Kontan.co.id, Kamis (4/1).

Soemitro bilang kelebihan tersebut terlihat dari industri yang masih dapat melakukan produksi walau belum terdapat impor gula mentah baru. Hal itu mengingat banyaknya pengurangan GKR yang tidak digunakan oleh industri.

Bocornya GKR ke pasar konsumsi dinilai Soemitro membuat industri seharusnya kekurangan bahan baku. Namun, hingga awal tahun pun diungkapkan Soemitro, industri masih belum kehabisan bahan baku.

Hingga saat ini Soemitro bilang masih banyak GKR yang merembes ke pasar konsumsi. Asal tahu saja penggunaan GKR di Indonesia ditujukan bagi industri. Sementara untuk pasar konsumsi menggunakan Gula Kristal Putih (GKP) yang berasal dari tebu milik petani.

Akibat merembesnya GKR ke pasar konsumsi membuat banyak gula petani yang belum laku. "Masih ratusan ribu ton gula petani belum laku belum gula yang ada di pedagang dan belum bisa dijual," terang Soemitro.

Penambahan kebutuhan gula industri dinilai perlu diperhatikan oleh pemerintah. Soemitro bilang pemerintah perlu memperketat impor gula mentah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×