kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurs rupiah melemah, Kalbe Farma kaji kemungkinan menaikkan harga obat


Selasa, 29 Mei 2018 / 15:50 WIB
Kurs rupiah melemah, Kalbe Farma kaji kemungkinan menaikkan harga obat
ILUSTRASI. Pabrik Obat Generik PT Hexpharm Jaya, anak usaha KLBF


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) hingga di atas level Rp 14.000 membuat pelaku usaha farmasi was-was. Sebab ongkos produksi semakin mahal lantaran sebagian besar bahan baku farmasi masih diperoleh dari impor.

Vidjongtius, Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengatakan bahwa perseroannya menyiasati hal tersebut dengan mereview kombinasi produk mix yang memiliki margin yang lebih baik. "Sembari melakukan efisiensi internal proses produksi dan supply chain," ujarnya kepada Kontan, Senin (28/5).

Adapun soal opsi menaikkan harga produk, Vidjongtius mengaku agak sulit di tengah kondisi pasar yang daya beli relatif masih lemah. "Tapi kami masih mempertimbangkan beberapa produk obat bebas dan konsumer serta nutrisi yang barangkali masih ada ruang kenaikan harga," terangnya.

Ia kembali menekankan bahwa kenaikan harga belum dilakukan saat ini karena sedang evaluasi kondisi konsumen dan pasar. Sedangkan untuk produk obat generik dipastikan tidak bakal ada kenaikan harga, sebab sudah dipatok oleh tender JKN.

Menilik laporan keuangan di kuartal I-2018, total penjualan Kalbe Farma mencapai Rp 5,01 triliun atau naik sekitar 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 4,8 triliun. Jika obat resep tak dapat dikenakan penyesuaian harga tampaknya tak jadi soal, karena segmen bisnis Kalbe Farma mempunyai porsi yang besar bagi bisnis perseroan.

Di kuartal I-2018, porsi penjualan produk nutrisi ialah 28% dari total penjualan, yakni Rp 1,4 triliun. Sedangkan obat resep sebesar 24% atau Rp 1,2 triliun, sementara segmen consumer health mencuil 17% porsi penjualan alias Rp 884 miliar.

Selain itu pula, Vidjongtius menjelaskan, upaya memperluas pasar ekspor seperti ke ASEAN menjadi sumber pendukung lainnya guna mengurangi beban keuangan di dalam negeri. Penjualan ekspor di triwulan pertama 2018 tercatat tumbuh 5% menjadi Rp 266 miliar, dimana periode yang sama tahun lalu hanya Rp 253 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×