Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Upaya taksi konvensional menggandeng perusahaan berbasis aplikasi, belum memberikan hasil optimal. Kondisi ini terlihat dari kinerja keuangan operator taksi konvensional yang masih melambat kuartal I-2017.
Pendapatan dan laba dua operator taksi konvensional yang mencatatkan saham di bursa efek Indonesia, yakni PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) sama-sama mengalami penurunan.
Pendapatan Blue Bird pada periode ini turun 18,8% menjadi Rp 1,03 triliun. Begitu pula laba bersih perusahaan berlogo burung biru yang juga terpangkas 15,3% menjadi Rp 118,16 miliar.
Hasil yang lebih buruk terjadi di tubuh Express Transindo. Pendapatan perusahaan ini turun tajam begitu pula nilai kerugiannya (lihat tabel).
Menurut Benny Setiawan, Direktur Express Transindo Utama, pendapatan awal tahun ini turun lantaran menerapkan diskon setoran bagi pengemudi taksi Express sejak awal tahun ini. Dari semula Rp 240.000 per hari menjadi Rp 150.000 per hari.
Manajemen Express menerapkan kebijakan ini agar bisa mendongkrak pendapatan supir taksi yang juga turun lantaran kalah bersaing dengan taksi online. Sayang, beban perusahaan ini masih membengkak. Tanpa merinci kriteria beban yang dimaksud, Benny menyebut hasilnya adalah terjadi penurunan laba di periode tersebut.
Ia sendiri menilai kinerja yang masih belum membaik di awal tahun ini lantaran kerjasama bisnis antara Express dan Uber baru jalan Desember 2016. Benny optimistis kerjasama ini menuai hasil positif.
Ini setidaknya terlihat dari arus kas yang Express raih di kuartal I-2017 dari operasi perusahaan mencapai Rp 30,34 miliar. "Padahal di periode serupa tahun lalu masih minus Rp 4,5 miliar," katanya ke KONTAN, Kamis (4/5).
Ke depan, Benny berharap pendapatan supir taksi yang telah menjalin kerjasama dengan Uber bakal terus meningkat. Soalnya, seluruh armada taksi Express nantinya sudah terkoneksi dengan aplikasi Uber. Adapun saat ini baru 2.000 taksi Express yang sudah terkoneksi dengan aplikasi transportasi tersebut.
Apalagi manajemen perusahaan akan mengevaluasi dan menghilangkan program diskon di akhir semester satu ini. Bila ini terjadi, otomatis pendapatan TAXI bisa terdongkrak lagi. "Kami optimistis di kuartal IV-2017 nanti sudah bisa profit," ucapnya tanpa merinci berapa targetnya.
Senada, Michael Tengah, Hubungan Investor Blue Bird juga berucap kerjasama perusahaan ini dengan Gojek Indonesia baru saja berjalan Februari 2017. "Dampaknya belum cukup signifikan," katanya kepada KONTAN.
Ia mengakui bahwa persaingan dengan taksi online menjadi salah satu faktor penyebab kinerja Blue Bird turun. Selain itu, banyaknya hari libur membuat order sepi.
Namun lewat kerjasama dengan Gojek dan rencana membuat program yang lain, Michael optimistis kinerja burung biru bisa membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
