kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pabrik karet remah Barito resmi beroperasi


Senin, 11 Desember 2017 / 11:33 WIB
Pabrik karet remah Barito resmi beroperasi


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - SAMARINDA. Hari ini, Senin (11/12), PT Multi Kusuma Cemerlang (PT MKC) meresmikan pabrik crumb rubber dengan kapasitas yang telah berjalan 27.000 ton kering karet jenis SIR 20. Pabrik ini merupakan pabrik pengolahan karet alam satu-satunya di Kalimantan Timur, dan menjadi bagian penting dalam pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) terintegrasi.

Acara peresmian dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak. Dibangun sejak tahun 2016, kini pabrik karet remah PT MKC siap beroperasi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekpor.

Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar, PT MKC merekrut sebagian besar pekerjanya dari penduduk lokal, serta melakukan pelatihan kepada para petani karet agar mampu memproduksi getah karet yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.

“Kami berharap kehadiran PT MKC di tengah-tengah masyarakat Kalimantan Timur dapat berkontribusi nyata dalam pertumbuhan ekonomi daerah dan penciptaan lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan petani karet,” ungkap Komisaris Utama PT MKC Yazirwan Uyun saat memberikan sambutan dalam rilis media yang diterima Kontan.co.id, Senin (11/12).

Ungkapan dukungan juga disampaikan Awang Faroek. “Dengan berdirinya pabrik ini, saya mengharapkan akan dapat menggerakan kembali industri bidang kehutanan di Kalimantan Timur, baik komoditas hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu,” ujarnya.

PT MKC merupakan anak perusahaan dari PT Royal Lestari Utama. Adapun Royal Lestari merupakan perusahaan joint venture (JV) atawa patungan antara Grup Barito dengan Grup Michelin. Grup Barito mengempit kepemilikan saham mayoritas hingga 51% dalam Royal Lestari. Sementara 49% saham sisanya milik Michelin.

Sebelumnya, pabrik di Kalimantan Timur itu telah menjalani tahap commissioning atau kegiatan pemeriksaan dan pengujian instalasi peralatan terpasang selama tiga bulan.

Kapasitas produksi pabrik karet remah Multi Kusuma sebesar 27.000 ton per tahun. Grup Barito merogoh kocek hingga US$ 12 juta dalam proyek patungan itu. 

Adapun bahan baku karet remah berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI) karet Royal Lestari di Jambi dan Kalimantan Timur dengan total luas area konsesi 90.000 hektare (ha). Pada tahap awal produksi, Royal Lestari hanya memanfaatkan lahan HTI karet 18.000 ha di Kalimantan Timur. Sumber karet lain dari petani lokal.

Operasional perdana pabrik Multi Kusuma juga belum akan maksimal. Untuk permulaan, perusahaan tersebut hanya akan menjalankan satu shift jam kerja. "Targetnya akhir tahun depan bakal tiga shift," ujar Meizani Irmadhiany, Direktur PT Royal Lestari Utama yang juga menjabat sebagai Direktur PT Multi Kusuma Cemerlang kepada Kontan.co.id (10/12).
 
Calon pembeli
 
Manajemen Royal Lestari mengatakan, karet remah biasa digunakan untuk membuat komposisi produk ban spesial. Misalnya saja ban pesawat, ban kendaraan pertambangan dan ban kendaraan alat berat lain.

Mengenai potensi pasar, manajemen Royal Lestari tak khawatir. "Nantinya sebagian besar produksi dijual ke Michelin, sebab mereka itu termasuk pembeli karet alam terbesar di dunia," ungkap Meizani.

Namun selain Michelin, tak tertutup kemungkinan menyasar pembeli lain di dalam negeri maupun luar negeri. Malah, Royal Lestari memperkirakan persentase pembeli selain Michelin, bakal lebih banyak mancanegara ketimbang domestik.

Potensi pasar tersebut juga mendapatkan dukungan daro fasilitas di sekitar pabrik. Lokasi pabrik karet remah Multi Kusuma tidak jauh dari pelabuhan. Dengan begitu, mereka bakal lebih mudah mendistribusikan produk.

Sejauh ini, belum ketahun target pendapatan dari operasional pabrik Multi Kusuma. Namun yang pasti, realisisi pabrik itu menandai kerjasama lain Grup Barito dengan Michelin. Kongsi mereka sebelumnya berupa pabrik synthetic rubber alias karet sintetis. Grup Barito melaju lewat PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Chandra Asri dan Michelin membuat perusahaan patungan bernama PT Synthetic Rubber Indonesia. Synthetic Rubber bertugas mengendalikan jalannya operasi pabrik karet sintetis dengan kapasitas produksi hingga 120.000 ton per tahun.

Menurut catatan KONTAN, jadwal operasional pabrik karet sintetis pada kuartal I-2018. Pembangunan pabrik yang menelan anggaran US$ 570 juta tersebut berlangsung sejak November 2015.

Dalam silsilah grup, Chandra Asri adalah anak perusahaan PT Barito Pacific Tbk. Barito Pacific mencetak pendapatan bersih US$ 1,82 miliar atau tumbuh 28,17% year on year (yoy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×