kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah harus antisipasi ancaman krisis pangan


Sabtu, 23 Oktober 2010 / 17:43 WIB
Pemerintah harus antisipasi ancaman krisis pangan
ILUSTRASI.


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pemerintah diminta untuk bergerak cepat untuk mengatasi ancaman krisis pangan yang akan terjadi di masa mendatang. Indonesia diperkirakan akan terpengaruh dengan ancaman krisis pangan yang akan melanda dunia.

"Melambungnya harga bahan pangan, terjadinya kegagalan pangan di berbagai negara terjadi karena adanya cuaca ekstrim," Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Arif Satria usai deklarasi wadah sarjana pertanian itu, di Jakarta, Sabtu (23/10).

Secara global, harga pangan dunia sudah naik hingga 35%. Ini terjadi karena tersendatnya pasokan akibat gagal panen akibat cuaca ekstrim. Arif Satria yang juga Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB itu bilang, salah satu cirinya bisa dilihat dari melambungnya harga benih jagung yang mencapai 36%, harga benih gandum yang mencapai 72%. "Sedangkan pupuk melonjak hingga 59% dan harga pakan 62%," terangnya.

Yang menjadi sumber masalah adalah cuaca yang ekstrim yang terjadi di tahun 2010. Banyak negara yang semula mengekspor gandum, membatalkan ekspornya karena gagal panen. Menurut Arif, PISPI sudah mengidentifikasi dampak cuaca ekstrim tahun ini itu akan berujung pada kelangkaan pangan.

Kasus di Rusia misalkan, dampak gelombang panas dan kebakaran hutannya Juni 2010 lalu membuat negara itu membatalkan ekspor gandumnya. Peristiwa lain adalah munculnya banjir di Pakistan, longsor di China (7 Agustus 2010), dan pecahnya es di Greenland (5 Agustus 2010), kekeringan dan kebakaran di Australia, suhu panas di Amerika.

”Bahkan sampai pertengahan tahun depan intensitas dan frekuensi kejadian cuaca ekstrim akan lebih sering terjadi Perubahan iklim global diproyeksikan akan berdampak pada produksi pangan dunia karena negara produsen cenderung mengamankan produksinya untuk kebutuhan dalam negeri,” ujar Arif.

Untuk itu, PISPI mengharapkan pemerintah membuat terobosan dan langkah kongkrit untuk mengatasi ancaman krisis pangan. Insentif dari pemerintah kepada petani wajib diberikan dalam bentuk bantuan benih, pestisida, pupuk dan jaminan harga yang layak bagi petani produsen.

Untuk mengatasi perubahan iklim, PISPI mengusulkan agar pemerintah memberikan petunjuk yang jelas apa yang harus dilakukan oleh petani produsen dalam menghadapi ketidakpastian musim. ”Jangan biarkan petani bergerak sendiri tanpa bimbingan pemerintah,” tambah Arif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×