kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pencampuran karet & aspal mulai diujicoba


Minggu, 04 Desember 2016 / 16:19 WIB
Pencampuran karet & aspal mulai diujicoba


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Untuk menekan penurunan harga karet dalam negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mulai mengujicoba percampuran aspal dengan karet. Uji coba dilakukan dengan mengaspal jalan sepanjang 200 meter di satu sisi ruas Ciawi-Benda selebar 3,5 meter dengan ketebalan 4 cm.

Rencananya akan dilakukan uji coba skala penuh sepanjang 4,2 km. Campuran aspal yang digunakan merupakan jenis karet alam cair (lateks) sebanyak 7% dan aspal yang digunakan untuk uji coba skala penuh seberat 200 ton.

Kemendag memperkirakan uji coba ini menyerap karet alam sebanyak 840 kilogram (kg). Pencampuran karet alam ke dalam aspal bermanfaat membuat jalan lebih tahan cuaca dan beban. Kinerja akan dimonitor paling sedikit dalam dua musim (kemarau dan hujan) dan evaluasi dilakukan selama dua tahun.

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Nurlaila Nur Muhammad mengatakan sejak komitmen bersama dicanangkan pada 2015 silam dalam rangka percampuran aspal-karet, pemerintah mulai merealisasikannya secara masif. Itu terutama dalam pembangunan infrastruktur domestik yang dibiayai APBN.

Ia menjelaskan, Kemendag ingin mengimplementasikan gagasan domestic demand creation. Gagasan tersebut disepakati tiga negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) yakni Thailand, Indonesia, dan Malaysia untuk meningkatkan konsumsi domestik karet alam melalui uji coba pemanfaatan karet alam untuk campuran aspal.

“Kemdag optimistis dengan sinergi antarinstansi, bahwa penggunaan karet alam domestik pada produk berbasis karet alam meningkat, maka permintaan akan karet alam juga ikut meningkat sehingga produksi yang 85% berasal dari petani mampu diserap dan petani bisa menikmati harga yang baik,” ujar Nurlaila, Minggu (4/12).

Lebih lanjut ia mengatakan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sepakat dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Pusat Penelitian Karet Indonesia untuk merealisasikan penggunaan karet alam jenis crumb rubber sebagai campuran aspal.

Kemenperin membantu menyediakan peralatan mesin milling karet dan masterbatch aspal karet, serta mendorong industri untuk memproduksi aspal karet. Sementara, masterbatch akan dikembangkan oleh Pusat Penelitian Karet.

Kementerian PU-PERA akan melaksanakan uji coba penerapan aspal karet dari crumb rubber skala terbatas sepanjang 100 m dan skala lapangan sepanjang 5 km, serta meneruskan penelitian untuk meningkatkan kadar karet alam dalam aspal karet. “Targetnya agar campuran karet alam dalam aspal karet mencapai 15% dari total produksi aspal,” lanjut Nurlaila.

Nurlaila menegaskan, kerja sama akan terus dilakukan agar campuran aspal dengan karet alam jenis crumb rubber dapat terlaksana. Hal ini karena lebih dari 95% produksi karet alam Indonesia adalah crumb rubber. “Produksi karet alam Indonesia pada 2016 diperkirakan sekitar 3,1 juta ton. Oleh karena itu, industrialisasi perlu terus dikembangkan agar campuran aspal karet alam dapat diproduksi dalam skala besar,” tegas Nurlaila.

Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Aziz Pane mengatakan pemerintah perlu mendorong peningkatakan konsumsi karet dalam negeri untuk menjaga kestabilan harga karet. Menurutnya, kenaikan harga karet saat ini rawan terkoreksi karena tidak didukung oleh fundamental yang kuat.

Kenaikan harga karet ini lebih pada spekulasi saja, dan suatu saat bisa turun, apalagi kondisi perekonomian global masih belum stabil. Untuk itu, penerapan percampuran karet-aspal perlu dilakuakn terus menerus dan dalam skala besar agar konsumsi karet dalam negeri meningkat.

Sejak harga karet menembus US$ 4,61 per kg pada 2011, harga karet alam mengalami tren menurun hingga hampir mencapai US$ 1 per kg di awal 2016. Sementara itu, realisasi ekspor karet alam Indonesia ke dunia sepanjang 2011-2015 juga dalam tren menurun sebesar 24,58%.

Nilai ekspor karet alam pada Januari-September 2016 sebesar US$ 2,38 juta juga menurun 18,53% jika dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2015 yang senilai US$ 2,92 juta.

Adapun beberapa negara tujuan ekspor karet alam Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, RRT, India, dan Korea Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×