Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Banyak perusahaan ritel baik lokal maupun asing yang mulai kepincut dengan perkembangan kota-kota penyangga atau kota satelit. Selain karena persaingan relatif tidak seketat di pusat kota, biaya investasi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Wilayah kota penyangga juga memiliki keunggulan sendiri karena merupakan wilayah padat penduduk.
Satria Hamid Ahmadi, Wakil Sekjen II Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengatakan, tren para pelaku ritel mulai menyewa pusat perbelanjaan di kota satelit karena potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta padatnya pemukiman penduduk.
"Trennya itu peritel ingin mendekat ke konsumen. Dengan hadir lebih dekat membuka peluang yang besar," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (7/9).
Perkembangan kota seperti Tangerang, Bekasi, Depok, Mojokerto, Pasuruan dan kota-kota lainnya sangat pesat. Ekonomi di kota penyangga juga menggeliat membuat para peritel mulai masuk dan mendekat kepada konsumennya di wilayah-wilayah tersebut.
Koo In Hoo, Direktur PT GS Retail Indonesia sebagai pengelola GS Supermarket bilang, industri ritel di Indonesia akan sangat sulit untuk bertarung di pusat kota. Padahal, GS Supermarket sebagai peritel asal Korea Selatan yang baru menapakkan kaki di Indonesia ini, di negara asalnya mengelola 280 supermarket, 9.300 convenience store dan 120 gerai health and beauty.
V Nandakumar, Chief Communications Lulu Group Retail International juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya pemilihan kota-kota penyangga sebagai tujuan ekspansi perusahaan memang merupakan strategi perusahaan. Sebab, potensi pengembangan pasar jauh lebih besar ketimbang di pusat kota yang memang pasarnya sudah terbentuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
