kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina ingin harga BBM dinaikkan


Kamis, 23 November 2017 / 13:59 WIB
Pertamina ingin harga BBM dinaikkan


Reporter: Azis Husaini, Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum bisa mengambil keputusan mengenai harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal Januari 2018. Padahal, PT Pertamina sudah mengabarkan kepada pemerintah apabila harga premium dan solar itu tidak naik maka kerugian Pertamina akan terus membengkak.

Menurut laporan keuangan PT Pertamina, pendapatan bulan Januari-September 2017 sebesar US$ 31,38 miliar. Apabila harga premium dan solar naik, pendapatan Pertamina bisa menjadi senilai US$ 32,80 miliar. Artinya, terdapat potensi pendapatan sebesar US$ 1,9 miliar yang hilang lantaran harga premium dan solar tak naik.

Apalagi saat ini harga minyak dunia juga mencapai US$ 51 per barel dan bisa jadi mendekati US$ 60 per barel. Perlu diketahui juga, penetapan harga BBM jenis premium dan solar Pertamina saat ini masih mengacu harga minyak US$ 38 per barel.

Melihat data itu, Sekretaris Ditjen Migas Kementerian ESDM Susyanto belum mau banyak bicara soal kenaikan harga BBM pada awal tahun 2018. "Belum ada keputusan," ungkap dia singkat ke KONTAN, Rabu (22/11).

Saat ditanya alasan apakah karena ada program BBM satu harga, Susyanto tidak menjawab lagi. Sekadar catatan, program BBM satu harga memang mewajibkan Pertamina menjual BBM ke pelosok dengan harga premium sebesar Rp 6.450 per liter. Harga ini pula yang membuat Pertamina tekor karena ongkos transportasi mencapai Rp 1 triliun per tahun.

Muchamad Iskandar, Direktur Pemasaran PT Pertamina, menyatakan, Pertamina memang berharap harga BBM bisa naik. Namun soal harga jual jenis BBM tertentu dan jenis BBM khusus penugasan adalah wewenang pemerintah. "Harap-harap terus. Setiap tiga bulanan," ungkap dia sambil tertawa.

Iskandar pernah menghitung bahwa harga untuk premium mestinya sudah di Rp 7.150 per liter, bukan lagi berada di harga Rp 6.550 per liter di (Jawa-Madura-Bali). "Kami tidak tahu konsep ke depan seperti apa. Itu merupakan ranah kewenangan Kementerian ESDM," kata dia.

Senior Vice President Fuel Marketing & Distribution Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto percaya, pemerintah akan memutuskan yang terbaik bagi Pertamina. "Saya yakin pemerintah akan berpikir baik. Saya pikir tidak ada pemerintah yang berniat jelek," ujarnya ke KONTAN.

Dia menyatakan, Pertamina hanya akan menunggu ketetapan harga BBM dari pemerintah dengan masa periode setiap tiga bukan sekali. "Aturannya adalah ada penetapan setiap tiga bulan. Ada ketetapan harga dari pemerintah," kata Gigih.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menyebutkan, pemerintah seharusnya fair terhadap Pertamina. Pemerintah seharusnya memberi subsidi pada harga premium dan solar untuk mengurangi beban Pertamina yang menjalankan program BBM satu harga.

Pemberian subsidi boleh jadi merupakan bentuk ketegasan pemerintah dalam harga penetapan harga BBM. "Saya kira yang paling pas adalah memberi subsidi. Harus tegas dipisahkan mana fungsi korporasi dan fungsi pemerintah," imbuh Komaidi.

Apalagi, menurut Komaidi, tidak baik bagi Pertamina dan publik jika pemerintah tidak tegas dalam soal harga BBM. Mengingat sebelumnya saat awal pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sudah jelas menyatakan akan membebaskan harga premium untuk bisa naik atau turun sesuai harga minyak dunia.

Kalau memang daya beli jadi pertimbangan utama, Komaidi menyarankan penyaluran subsidinya langsung ke masyarakat. "Sehingga subsidi langsung. Kalau ke Pertamina nanti balik lagi ke rezim subsidi produk," tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×