kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PGN garap infrastruktur gas Indonesia Tengah


Rabu, 15 November 2017 / 21:05 WIB
PGN garap infrastruktur gas Indonesia Tengah


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) bersama konsorsium PT Pertamina (Persero) dan Engie (perusahaan Perancis) lolos tahap I tender infrastruktur gas untuk Indonesia Tengah yang diselenggarakan oleh PT PLN (Persero). Konsorsium PGN-Pertamina-Engie ini pun tengah bersiap untuk mengikuti seleksi tahap II yaitu penawaran komersial.

Sejauh ini, PGN cukup yakin proyek tersebut akan jatuh ke tangan konsorsium. Pasalnya hanya konsorsium PGN yang lolos tahap pertama tender infrastruktur gas Indonesia Tengah.

"Dari sekian banyak yang kami ikut, satu yang sudah ada pengumuman, tapi tahap satu, itu Indonesia Tengah, itu sudah pasti PGN dan Pertamina,"kata Direktur Utama PGN LNG Indonesia, Mugiono, pada Rabu (15/11).

Dalam konsorsium tersebut, ketiga perusahaan memegang saham sekitar 30%. Pertamina masih menjadi pemegang saham mayoritas karena jumlah sahamnya yang sedikit lebih besar ketimbang PGN dan Engie.

Jika lolos tahap kedua tender proyek Indonesia tengah, Mugiono menyebut konsorsium akan melakukan pencarian dana. Untuk membangun infrasturktur gas Indonesia Tengah, Mugiono menyebut diperlukan dana sebesar US$ 1 miliar.

Mugiono pun menyebut konsorsium telah memikirkan untuk melakukan project financing alias pinjaman untuk membiaya proyek ini. Jika pinjaman sudah didapat, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan financial closing dalam rentang waktu enam bulan hingga 12 bulan.

"Setelah itu PJBG (Perjanjian Jual Beli Gas), setelah itu bangun infrastukturnya di 10 lokasi. Ini proyek terbesar di dunia belum pernah ada seperti ini,"imbuh Mugiono.

Dalam proyek Indonesia Tengah ini, konsorsium memang akan membangun FSRU, receiving terminal, hingga mengoperasikan kapal pengangkut gas yang akan menghubungkan 10 lokasi di kawasan Indonesia Tengah yang berada di Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat.

"Ada satu FSRU, dua kapal LNG feeder, kapal LNG yang kecil-kecil yang keliling. Jadi dia bawa dari FSRU diantar ke kluster-kluster. Nanti akan dibagi dua kluster makanya ada 2 LNG feeder, "jelasnya.

Sementara itu, untuk kebutuhan gasnya, Mugiono menyebut total gas yang dibutuhkan untuk proyek ini mencapai 150 MMSCFD. Pasokan gas ini akan diambil konsorsium dari pasokan gas dalam negeri.

"Saat ini, tahun ini, tahun depan, masih surplus. Pak SKK Migas bilang masih ada 70 kargo tahun depan, tahun depannya masih ada yang uncommitted ,"ungkap Mugiono.

Jika nantinya pasokan gas domestik menurun, Mugiono menyebut Pertamina telah menyiapkan pasokan LNG yang cukup untuk proyek ini.

"Dari domestik masih ada, tapi Pertamina kan punya portofolio LNG juga, jadi amanlah, pertamina punya pasokan LNG, bangun infrastruktur,"kata Mugiono.

Selain itu, Mugiono juga bilang PGN masih memiliki pasokan gas murah dari Amerika yaitu dari Blok Fasken. Anak usaha PGN di sektor hulu migas, Saka Energi Indonesia memang tercatat memiliki sekitar 36% saham di Blok Fasken.

"Kapan saja apabila harga LNG dometik kurang kompetitif, dari luar, PGN akan bawa gas dari Amerika. Itu shale gas murah ya,"katanya.

Secara keseluruhan, PGN pun cukup optimis akan ada potensi bisnis LNG yang cukup bagus dari adanya proyek Indonesia Tengah ini. Apalagi saat ini hanya Indonesia barat saja yang sudah memiliki infrastruktur gas.

"Potensinya bagus banget, kalau kami bicara infrastruktur itu baru sebagian terbangun di barat yang sebagian dibangun pgn yang Sumatera, SSWJ, Duri-Dumai, Singapura atau infrastruktur di Jawa. Tapi kalau kami bicara Kalimantan, Sulawesi, Papua apalagi, itu harus pakai LNG kan kecil-kecil, menyebar jauh-jauh,"jelas Mugiono.

Mugiono pun optimis ke depannya bisnis LNG akan menggantikan bisnis pipa gas di PGN. "Seiring dengan penurunan reserve gas konvensional, LNG akan menjadi pengganti peran utama gas pipa,"katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×