kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produk unggas Indonesia siap masuki pasar bebas


Selasa, 21 November 2017 / 22:04 WIB
Produk unggas Indonesia siap masuki pasar bebas


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) tengah gencar melakukan ekspor produk-produk pertanian, termasuk produk peternakan unggas ke negara tetangga.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kemtan, Ketut Diarmita mengatakan peternakan skala UMKM tidak lama lagi akan segera menembus pasar internasional. Tahap awal akan dimulai setelah adanya kesepakatan dengan pemerintah Malaysia.

“Kepastian akan diterimanya ternak ayam dan itik lokal oleh Malaysia akan diperoleh setelah pertemuan kami dengan Direktur Jenderal Veteriner Malaysia, Dato’ Quaza di Putrajaya, Malaysia pada acara Konferensi OIE Ke-30 di Malaysia," kata I Ketut Diarmita, dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (21/11).

I Ketut berharap ekspor tersebut dapat direalisasikan salam kuartal I 2018. Sebelum itu, pemerintah Malaysia akan meninjau sarana peternakan ayam lokal dan itik.

Sarana peternakan ini pun sudah memenuhi persyaratan Good Breeding Practice (GBP), serta memiliki standar internasional untuk kesehatan hewan, yaitu Sertifikat Kompartemen Bebas Avian Influenza sesuai ketentuan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE).

Terkait dengan jaminan kesehatan hewan, I Ketut Diarmita menyampaikan, saat ini pemerintah sudah mengeluarkan tiga Sertifikat Kompartemen Bebas AI untuk unggas lokal, di mana dua sertifikat untuk ayam dan satu untuk itik yang berlokasi di Bogor dan Purwakarta.

“Kita terus perkuat sistem kompartemen AI kita, agar unggas dan produk unggas kita bisa bersaing di pasar international, khususnya ASEAN dan Jepang," tambah I Ketut.

Saat ini masing-masing perusahaan peternakan masih menghitung volume ekspor dan jenisnya. Menurutnya, dari hasil pembicaraan sebelumnya antar pengusaha, Malaysia sedikitnya membutuhkan 30.000 DOC ayam lokal per bulan dan 10.000 DOD per bulan untuk jenis bebek petelur.

Menurut Ketut, Selama ini ternak unggas lokal Indonesia sudah dikenal karena termasuk salah satu pusat domestikasi ayam dunia selain China dan kawasan Lembah Hundus.

“Namun, karena pola usahanya yang masih tradisional mengakibatkan pengembangan usahanya terhambat, sehingga saat ini kita perjuangkan untuk meraih kejayaan," tambah ketut.

Selain unggas, Ketut mengatakan akan turut mengekspor daging sapi kualitas premium dari peternakan Lampung ke Malaysia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×