kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi domestik terbatas, impor petrokimia belum bisa disetop


Minggu, 25 Maret 2018 / 17:14 WIB
Produksi domestik terbatas, impor petrokimia belum bisa disetop
ILUSTRASI.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan permintaan produk hulu petrokimia di dalam negeri diperkirakan menyebabkan ketergantungan terhadap pasokan produk impor belum bisa ditinggalkan.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, meski sudah ada banyak investasi petrokimia yang masuk di Indonesia, hal itu dinilai belum cukup. "Demand nantinya baru bisa berimbang kalau sudah ada tiga refinery unit baru yang dibangun Pertamina," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/3).

Sebagai industri yang banyak bergantung pada minyak bumi, industri petrokimia masih mendapatkan sebagian bahan bakunya dari impor. Sementara, Pertamina dalam waktu dekat belum akan menambah refinery unit yang baru di Indonesia.

"Yang ada hanya rencana penambahan kilang di Balikpapan dan Tuban, mudah-mudahan proyek itu dapat segera rampung," ungkap Fajar.

Mengacu data Kementerian ESDM, tahun 2014, kapasitas kilang Pertamina mencapai 1.157 juta barel per hari (bph). Setahun kemudian meningkat menjadi 1.169 juta bph. Sejak saat itu hingga 2017, kapasitas kilang tidak berubah. Bahkan tahun ini diperkirakan kapasitas kilang juga belum ada penambahan.

Proyek pembangunan kilang baru di Tuban yang dicanangkan berkapasitas 300.000 bph juga masih memulai konstruksi pembangunan. Bahkan, Pertamina dan Rosneft baru resmi membentuk perusahaan patungan (Joint Venture) untuk membangun proyek tersebut. Pada proyek kilang Tuban, Pertamina mengempit 55% hak kelola, sisanya dimiliki oleh Rosneft.

Sementara, pertumbuhan permintaan akan produk petrokimia setiap tahun diprediksi 6%-7%. Di mana sebanyak 50% masih didapat dari impor.

Sebagai gambaran, saat ini pasokan untuk produk petrokimia hulu polypropylene mencapai 1,6 juta ton. Sebanyak 29% ditangkup PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, lalu 15% oleh PT Polytama, hanya 3% oleh Pertamina dan sisanya sebagian besar 53% harus diimpor. Adapun total kebutuhan produk petrokimia hulu Indonesia saat ini di kisaran 5,5 juta ton setiap tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×