kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produsen ban terganggu impor ban Cheng Shin


Sabtu, 03 Desember 2016 / 17:35 WIB
Produsen ban terganggu impor ban Cheng Shin


Reporter: Agung Hidayat, Eldo Christoffel Rafael, Pamela Sarnia | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) menuding Cheng Shin Rubber (Xiamen) IND.,Ltd (Cheng Shin Tire) tidak serius membangun pabrik di Indonesia. Bukan segera merealisasikan pembangunan pabrik ban, APBI menuding Cheng Shin malah impor ban.

Efeknya, ban impor Cheng Shin bermerek Maxxis meruyak ke pasar ban domestik. Jika ini terus berlanjut, APBI khawatir, ban impor akan terus menggelinding di pasaran dan menekan ban lokal. Rencana Cheng Shin membangun pabrik ban santer terdengar 2012.

Terakhir Cheng Shing bahkan mengklaim telah membeli lahan 35 hektare di Kota Deltamas untuk pembangunan pabrik dengan investasi US$ 400 juta. Adapun merek ban yang diimpor perusahaan China itu adalah merek CST Tires, Maxxis, dan Sakura.

Ban ini katagori ban untuk truk, bus, dan radial (TB). "Kami curiga, China itu ada dua pabriknya di sini. Tapi mereka impor terus dengan alasan uji pasar," ujar Azis Pane, Ketua Umum APBI kepada KONTAN, Rabu (30/11).

Perusahaan asal China itu awalnya ingin membangun dua pabrik ban di Indonesia. Dalam penelusuran APBI, hingga kini pabrik itu belum jadi. Padahal dengan komitmen investasinya harusnya sekarang sudah terealisasi. "Pabriknya itu Aeolus dan Cheng Shing yang kini belum ada. Padahal sudan minta izin tapi tidak jadi-jadi," ujarnya.

Aziz menduga perusahaan asal China itu belum kelar mengurus perizinan di Kementerian Perindustrian, sehingga terus mengimpor. "Apakah model seperti ini boleh atau tidak harus ditanyakan ke Kemperin," katanya.

Namun, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyatakan tidak mengetahui adanya perusahaan China yang mau investasi pabrik ban di Indonesia. "Saya belum pernah dengar nama perusahaanya," kata Achmad saat dihubungi KONTAN Jumat(2/12).

Meskipun demikian Achmad menyatakan, untuk membendung masuknya ban impor pemerintah telah mewajibkan SNI bagi produk ban yang akan di jual di Indonesia. Memang SNI ini hanya berlaku di ban untuk pasar komersial atau berpenumpang .

Menjawab tudingan ini, Nelson Lie, Director PT Sumber Multi Jaya Nusantara (SMJN), yang juga prinsipal CST Tires di Indonesia bilang, pembangunan pabrik memang hingga kini belum kelar. Namun ia menegaskan investasi pabrik itu di luar kewenangan pihaknya untuk memberikan penjelasan, tapi harus langsung dari kantor pusat.

"Kami sudah jalan tujuh tahun di sini. Ada ban motor dan truk. Kami mengimpor langsung dari pabrik di China atau dari Cheng Sing. Distribusi kami ke seluruh Indonesia. Penjualan kami pun masih sedikit," ungkap dia kepada KONTAN, Jumat (2/12).

Sementara itu, Uthan A Sadikin, Direktur Pemasaran PT Multistrada Arah Sarana Tbk berpendapat, ban impor asal China yang paling banyak masuk pasar Indonesia adalah ban untuk truk, bus, dan radial (TBR). "Produksi TBR ini kecil sekali di Indonesia hanya 10%, sisanya impor. Michelin memproduksi TBR di Thailand tapi menjualnya di Indonesia," kata dia kepada KONTAN, Kamis (1/12). Adapun produksi TBR di MASA hanya 300 pieces per hari. "Kami tidak bisa memenuhi permintaan," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×