kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek kelistrikan 35.000 MW dikebut


Selasa, 15 Mei 2018 / 10:22 WIB
Proyek kelistrikan 35.000 MW dikebut
ILUSTRASI. Jokowi dan proyek listrik 35.000 MW


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat Commercial Operation Date (COD) proyek pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) hingga kuartal I-2018 sudah mencapai 5,71% atau 1.500 MW–2.000 MW.

Direktur Regional Bagian Jawa-Bali PLN, Haryanto WS menjelaskan, realisasi COD pembangkit bukan rendah, hanya saja disesuaikan dengan demand atau kebutuhan listrik pada tahun 2018 ini.

Kata dia, pembangunan pembangkit listrik membutuhkan waktu yang lumayan lama. "Yang penting kan kebutuhan listrik mencukupi, sesuai dengan kebutuhan demand yang ada," terangnya saat ditemui di Hotel Mandarin Oriental, Senin (14/5).

Namun sayangnya, Haryanto tidak bisa merinci, pembangkit mana saja yang sudah masuk kedalam tahapan COD. Ia bilang, salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tanjung Priuk berkapasitas 300 MW. "2018 baru 1500 2000 MW. Mungkin bisa sampai 3000 MW," jelasnya.

Haryanto juga bilang, bahwa yang terpenting, minimal reserve margin atau cadangan listrik bisa tercapai dan cukup serta releabel. Adapun targetnya, pada tahun ini reserve margin mencapai 27%–30%. Bisa dipastikan, pada tahun 2019, pertumbuhan pembangkit listrik mencapai 8%.

"Jika listrik naik diatas 7%. Maka ekonomi kita akan tumbuh," ungkapnya. Ia juga menargetkan, tahun 2019, PLTU Jawa 7 dan PLTU Lontar juga ditargetkan bisa beroperasi. "Pokoknya listrik cukup (2019). Bagaimanapun juga kebutuhan listrik masyarakat PLN siap penuhi," ujarnya.

Dia memastikan, dengan beroperasinya pembangkit listrik 35.000 MW tarif listrik di Indonesia semakin kompetitif. Hal itu, lantaran biaya pokok produksinya rendah.

Saat ini PLN dan pemerintah telah berkomitmen, untuk tidak menaikkan tarif listrik sumua golongan hingga 2019. Hal ini untuk menjaga daya beli masyarakat dan daya saing industri.

Dia mengungkapkan, tarif listrik semakin rendah, karena teknologi yang digunakan pembangkit semakin canggih. Dengan begitu, biaya produksi listrik bisa semakin murah. Haryanto mencontohkan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) rata-rata US$ 4 sen per kWh.

Dia juga menilai beroperasinya pembangkit listrik maka akan meningkatkan ketersediaan pasokan listrik, sehingga sektor industri akan tumbuh karena kebutuhan listriknya bisa dipenuhi, hal ini akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×