kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PT Berdikari siap masuk bisnis perunggasan


Selasa, 05 September 2017 / 20:29 WIB
PT Berdikari siap masuk bisnis perunggasan


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - PT Berdikari (Persero) dengan menggandeng PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) mulai merambah ke bisnis perunggasan. Bila tidak ada aral melintang, Berdikari akan mulai melakukan proses produksi pada Oktober mendatang.

Direktur Utama PT Berdikari, Eko Taufik Wibowo mengatakan, Berdikari hanya membutuhkan persetujuan kuota bibit indukan ayam alias grand parent stock (GPS) sebanyak 30.000 - 35.000 ekor dari kementerian pertanian yang diharapkan dapat direalisasikan September ini.

"Kuota GPS sebanyak 35.000 yang kami ajukan itulah yang akan kami jadikan sebagai awal masuknya kami ke industri unggas. Denga itu, kami siap untuk berperan dalam menstabilkan harga," tutur Eko kepada KONTAN, Selasa (5/9).

Eko mengungkap, dengan memasuki bisnis perunggasan ini, maka Berdikari akan bisa membantu pemerintah dalam menstabilkan harga. Pasalnya, Berdikari akan fokus bermitra dengan peternak-peternak rakyat.

Menurutnya, saat ini harga sudah diatur oleh peternak-peternak besar, sehingga timbul berbagai masalah di industri unggas, khususnya dalam hal harga.

"Saat ini di industri ini banyak gonjang-ganjingnya karena peternakan besar. jadi disinilah berdikari sebagai BUMN sesuai amanah yang diberikan sebagai alat kontrol pemerintah terhadap stabilisasi harga, mulai dari harga ayam, pembibitan, hingga hasilnya nanti akan saling terintegrasi," tutur Eko.

Eko mengakui, memasuki bisnis perunggasan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Namun, saat ini Berdikari sudah melengkapi segala kebutuhan yang diperlukan.

Dengan bantuan perusahaan BUMN lainnya, seperti RNI, mereka mulai membangun kandang-kandang ayam potong dan ayam petelur di Cirebon dan di Subang.

Menurut penuturan Eko, daerah Jawa menjadi fokus pengembangan karena wilayah ini merupakan pusat industri unggas. Eko berharap, nantinya Berdikari akan mampu mengembangkan bisnis ini ke wilayah lain di luar Jawa.

Berdasarkan rencana Berdikari, nantinya bisnis perunggasan mereka akan benar-benar total beroperasi pada awal 2019. Karena itu pembangunan masih terus dilakukan secara bertahap.

Eko juga menyebutkan modal yang dibutuhkan sebesar Rp 478 miliar. Modal tersebut terbagi untuk pembangunan kandang parent stock broiler sebesar Rp 65 miliar yang akan dilakukan pada tahun 2017.

Setelahnya, pada 2018 akan dilakukan pembangunan kandang untuk Broiler dengan dana Rp 99 miliar, kandang layer dengan dana Rp 105 miliar , Rumah Potong Ayam (RPA) sebesar Rp 87 miliar, dan pakan ternak Rp 122 miliar.

Nantinya, bila kuota GPS yang diberikan Kementan mencapai 35.000 ekor, maka akan mampu menghasilkan ayam potong sebanyak 10 juta ekor dalam satu siklus produksi atau berkisar 65 minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×