kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rio Tinto keberatan dengan tawaran Inalum


Senin, 23 April 2018 / 18:41 WIB
Rio Tinto keberatan dengan tawaran Inalum
ILUSTRASI. Tambang Emas Freeport


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pengambilan divestasi saham 51% PT Freeport Indonesia (PTFI) bisa selesai pada akhir April 2018 ini. Hal itu masih terus diupayakan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) selaku kepala holding BUMN Industri Pertambangan.

Namun kabarnya, negosiasi untuk memenuhi divestasi saham 51% Freeport Indonesia ini khususnya pengambilan participating interest (PI) 40% milik Rio Tinto di tambang Grasberg, Papua itu masih berlangsung alot, khususnya berkenaan dengan harga.

Sumber Kontan.co.id di Kementerian ESDM menyatakan, sesungguhnya sudah ada kesepakatan harga antara Inalum dengan Rio Tinto. Namun, Rio Tinto keberatan dengan pemberian diskon harga yang didasarkan hasil perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas kerugian kerusakan lingkungan di areal tambang Freeport Indonesia.

Hanya saja, ia tidak mengetahui berapa harga yang ditawarkan oleh Inalum. Yang jelas, kata dia, harganya tidak jauh berbeda dengan valuasi yang sudah ditentukan oleh Deutsche Bank sebesar US$ 3,3 miliar dengan hitungan valuasi sampai tahun 2041.

"Rio Tinto hanya keberatan penetapan diskon harga yang didasarkan audit BPK. Tapi besaran diskon belum disepakati," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (23/4).

Ia menambahkan, saat ini untuk mendapatkan angka diskon tersebut, Inalum menunggu hasil perhitungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang dianggap lebih berkompeten menghitung kerugian kerusakan lingkungan di sana.

"Jadi tidak menunggu BPK lagi. Hari-hari ini masih akan dibahas secara intensif, diharapkan akhir April selesai," tandasnya.

Berdasarkan dokumen resmi Inalum yang diterima oleh Kontan.co.id, ada lima lembaga keuangan yang menghitung valuasi harga participatinf interest 40% Rio Tinto. Dimana hitungan tersebut sampai tahun 2041. Diantaranya Morgan Stanley hitungan valuasinya mencapai US$ 3,6 miliar.

Lalu Deutsche Bank yang dipakai oleh Rio Tinto dengan harga US$ 3,3 miliar. Kemudian HSBC mencapai US$ 3,85 miliar. Dan UBS mencapai US$ 4 miliar, setelah itu RBC yang mencapai US$ 3,73 miliar.

Dikonfirmasi mengenai hal ini, Head of Corporate Communication Inalum Rendi A Witular irit bicara. Ia hanya bilang bahwa pihaknya masih mengusahakan supaya negosiasi dengan Rio Tinto bisa diselesaikan pada akhir April ini.

"Iya ini masih diusahakan (selesai akhir April). Masih proses dan mohon doanya," teran Rendi kepada Kontan.co.id, Senin (23/4). 

Hanya saja ia enggan menyebutkan terkait diskon yang diminta Inalum bahwa akan dihitung oleh Kementerian LHK terkait dengan kerusakan lingkungan. "Wah kalau itu silahkan tanya ke KLHK ya," imbuh Rendi.

Dikonfirmasi atas hal ini, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno enggan menjawab.

Asal tahu saja, atas hitungan Kementerian LHK nanti, akan menjadi acuan Inalum mendapatkan diskon dengan skema hitungan cash out flow discount.

Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss) Budi Santoso menilai secara konsep, pembelian participating interest 40% Rio Tinto dengan skema yang dipakai saat ini cash out flow discount memang metode umum untuk membuat valuasi.

Hanya saja ada hal-hal yang perlu dimasukan adalah risiko yang bisa menjadi validasinya berkurang.

"Dan juga cash out flow discount memasukan mineral sebagai pendapatan dan artinya mineral adalah milik pemegang kontrak karya, padahal mineral adalah milik negara. Dan juga yang namanya kontraktor itu hanya dibayar ketika kerja, bukan menjadi pemilik mineral," jelas Budi kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×