kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah melemah, peritel belum mengerek harga jual


Kamis, 05 Juli 2018 / 06:47 WIB
Rupiah melemah, peritel belum mengerek harga jual
ILUSTRASI. Belanja ritel


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha ritel belum berniat mengerek harga barang menyusul pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Alasannya, sampai saat ini pihak produsen belum menyesuaikan harga. Merujuk kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) kemarin, nilai tukar rupiah sudah menyentuh Rp 14.343 per dollar AS. 

Salah satu peritel PT Indomarco Prismatama yang memiliki jaringan gerai Indomaret masih menahan harga jual produk di gerai miliknya. Wiwiek Yusuf, Marketing Director Indomarco menyampaikan, penyesuaian harga hanya dilakukan mengikuti peningkatan harga dari produsen.

“Kami sebagai retailer prinsipnya mengikuti penyesuaian harga dari produsen. Apabila belum ada penyesuaian harga dari produsen, Indomaret akan menjual barang dengan harga tetap,” kata dia kepada KONTAN, Rabu (4/7).

Hal senada diutarakan Arif L. Nursandi, Regional Corporate Communication Manager PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI). Dia mengatakan, belum ada adjustment price atau penyesuaian harga jual produk di gerai-gerai Alfamidi dan Alfa Supermarket. Penguatan kurs dollar AS secara langsung juga tidak berimbas banyak terhadap margin perusahaan.

“Kenaikan kurs tidak terlalu signifikan dalam penentuan harga barang di toko. Hal ini lantaran sebagian besar dan hampir seluruh barang dagangan di Alfamidi adalah produk nasional atau lokal yang tidak didatangkan dari impor,” ujar dia.

Tidak hanya gerai format minimarket, faktanya departement store juga tidak otomatis mengerek harga jual produknya. Semisal PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).  Efek pelemahan rupiah terhadap dollar AS belum mempengaruhi harga jual produk Ramayana karena masih bersifat fluktuatif. “Belum ada penyesuaian (harga jual). Ini sifatnya masih sementara dan Ramayana juga produknya  hasil produksi lokal semua,” tutur Setyadi Surya, Sekretaris Perusahaan Ramayana Lestari Sentorsa.

Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menyatakan tengah mengkaji kemungkinan untuk menaikkan harga produk makanan dan minuman. Bahkan bila pelemahan berlangsung dalam jangka waktu cukup lama, Asosiasi menyebut ada potensi penurunan margin keuntungan sebesar 3%-5%.

Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gapmmi bilang, kemungkinan bakal ada kenaikan harga jual produk pada kuartal keempat nanti jika pelemahan rupiah berlanjut hingga akhir bulan ini. Alasannya, sebagian produksi makanan dan minuman masih mengandalkan bahan baku impor, yang akan menggerus laba industri sehingga perlu  adjustment price.

Hal senada disampaikan Tutum Rahanta, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), yang menyebut fluktuasi rupiah pasti berefek ke harga barang. “Jika ini sudah menetap dua minggu hingga satu bulan, pasti semua harga barang akan menyesuaikan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×