kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semerbak harum aroma bisnis kopi khas nusantara


Sabtu, 19 November 2016 / 12:45 WIB
Semerbak harum aroma bisnis kopi khas nusantara


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Klaudia Rani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pamor kopi lokal kini tengah naik daun. Lihat saja, semakin banyak gerai kopi yang menjadikan kopi lokal sebagai menu kopi andalan. Kedai kopi juga semakin menjamur dengan mengandalkan menu kopi lokal.

Budaya minum kopi yang terus meningkat ini ikut mendorong pamor kopi lokal. “Kopi di tiap daerah cita rasanya beda. Sama-sama dari Aceh saja rasanya bisa beda,” ujar Bimo Pramana, pemilik Kedai Blanco di Yogyakarta.

Ragam cita rasa dan aroma kopi daerah ikut menumbuhkan animo terhadap produk kopi nusantara. Ambil contoh, Kedai Blanco mengolah biji kopi dari berbagai daerah, seperti gayo, kintamani, flores, dan papua. "Kopi gayo dari Aceh paling laris," jelas Bimo.

Kedai kopi ini mematok harga biji kopi Rp 22.000−Rp 30.000 per kilogram (kg). Lain cerita dengan Heri Supandi, pemilik kedai kopi Konakita di Bengkulu.

Ia memproduksi beberapa jenis kopi khas Bengkulu, seperti robusta semang, robusta lanang, robusta super, arabica, dan arabica luwak.

Heri bilang, keistimewaan kopi Bengkulu ada pada aroma kopi. Selain itu, kopi ini juga memiliki sedikit cita rasa pedas. “Sebab, kopi ditanam bersebelahan dengan lada,” imbuhnya.

Heri membanderol harga biji kopi Rp 20.000−Rp 750.000 per kg. "Paling mahal arabica luwak," tuturnya. Gejolak tren kopi daerah tak hanya dirasakan para pemilik kedai.

Nawa Sukrisna, petani kopi asal Pasuruan sekaligus pemilik Kopi Nawa 9 juga turut menikmati. Buktinya, pebisnis kopi lokal di Jawa Timur semakin meningkat setahun belakangan. “Karena permintaan makin banyak,” ungkapnya.

Kopi pasuruan termasuk kopi unggulan Jawa Timur, selain kopi ijen. Komoditas kopi pasuruan sendiri mulai mendapat perhatian pemerintah sejak awal 2016. “Berkat respon pemerintah, harga mulai naik,” ungkapnya.

Saat ini, kopi pasuruan jenis robusta dihargai Rp 25.000 per kg dan arabika Rp 30.000 per kg.

Irfan Anwar, Ketua Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia (AEKI) melihat, permintaan kopi Indonesia makin meningkat, baik di dalam maupun luar negeri. Di pasar domestik saja, permintaan kopi tahun ini tumbuh 8%.

Kendati demikian, Irfan tak menampik adanya penurunan ekspor kopi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, nilai ekspor kopi Indonesia Januari-September 2016 turun 30,27%. Jika ekspor kopi tahun 2015 sebesar US$ 923,89 juta, tahun ini diperkirakan hanya US$ 644,24 juta.

Salah satu penyebabnya: efek La Nina. "Sering hujan membuat bunga kopi tak tumbuh maksimal," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×