kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,01   -11,51   -1.23%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sepi transaksi, peritel minta diskon sewa mal


Senin, 25 Mei 2015 / 09:56 WIB
Sepi transaksi, peritel minta diskon sewa mal
ILUSTRASI. indeks harga saham gabungan atau IHSG dibuka melemah pada Senin (11/12) ke level 7.142


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Laju perlambatan pertumbuhan ekonomi mulai terasa di bisnis ritel. Seiring penurunan penjualan, peritel mulai berupaya menghemat ongkos operasional. Salah satunya, meminta pemilik pusat belanja mengurangi tarif sewa ruang yang mereka pakai.

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan, anggotanya mengeluhkan  sepinya transaksi beberapa bulan terakhir ini. "Kami mendengar aspirasi beberapa anggota yang menyewa gerai di mal," ujar Sekretaris Jenderal Aprindo Satria Hamid Hamadi kepada KONTAN, (24/5).

Ada dua poin yang menjadi keinginan peritel. Pertama, tarif sewa mal dalam mata uang rupiah. Kedua, meminta tarif sewa mal diturunkan.

Peritel menuntut penurunan tarif sewa lantaran merasakan daya beli masyarakat sedang tak bergairah. Meski tidak menyebut persentasenya, Satria mengakui, pertumbuhan penjualan ritel cenderung melambat awal tahun ini.

Di sisi lain, tarif sewa dan service charge atau tarif operasional sudah mahal. Sewa gerai di mal, memakan 10% dari biaya operasional peritel. "Apabila pengelola mal enggan menurunkan tarifnya, peritel bisa saja memperbanyak ekspansi di gerai yang berdiri sendiri di luar mal," ujar Satria yang juga menjabat sebagai General Manager Corporate Communication PT Trans Retail Indonesia.

Satria mengatakan, asosiasi peritel dan pengelola mal sebenarnya sudah membicarakan kondisi ini. Namun dia enggan membocorkan hasilnya. "Itu kembali lagi urusan business to business (B2B) antara peritel dengan pengelola mal," ujarnya.

Menanggapi keluhan peritel, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa mengatkan, saat ini sulit bagi pengelola pusat perbelanjaan menurunkan tarif sewa,  karena minimnya pasokan mal baru. "Ini masalah supply dan demand saja," ujarnya.

Apalagi, kontrak antara pengelola mal dan penyewa biasanya dibuat dalam jangka waktu panjang, misalnya lima tahun sekali. Rata-rata tarif sewa naik 5%-20% saban tahunnya. Kata Handaka, selama ini pengelola mal sebenarnya sudah menahan diri untuk tidak mengerek service charge terlalu tinggi.

Asal tahu saja, pengelola mal sudah mengerek service charge 5%-10% awal 2015. Handaka memastikan, tidak akan ada kenaikan lagi hingga akhir tahun ini. Strategi ini mereka lakukan demi menjaga tingkat okupansi pusat perbelanjaan.

Handaka tidak memungkiri, ada tendensi tingkat okupansi menurun karena banyak peritel yang penjualannya stagnan dan keberatan membayar tarif sewa yang tinggi.

Namun ia membantah terjadi penurunan jumlah pengunjung mal. "Di Jakarta, jumlah pengunjung mal di central business district (CBD) memang turun, tapi di sub-urban justru naik," ujarnya.

Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), rata-rata tarif sewa ritel di Jabodebek selama kuartal I-2015 memang turun. Tarif sewa susut 2,84% per kuartal (qtq) dan 0,59% year on year (yoy) menjadi Rp 669.409 per meter persegi (m²) per bulan.

Penurunan tarif sewa mal terjadi akibat penurunan tingkat hunian, baik di CBD maupun non-CBD, sejalan dengan pelambatan aktivitas dunia usaha. BI mencatat tingkat hunian secara kuartalan di kuartal I-2015 turun 0,19%, dan secara tahunan susut 0,58%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×