kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beban naik, membuat para UKM terpaksa kerek harga jual


Selasa, 14 Agustus 2018 / 22:06 WIB
Beban naik, membuat para UKM terpaksa kerek harga jual
ILUSTRASI. UKM Market


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tidak cuma membuat bingung para pebisnis besar saja. Kalangan usaha kecil dan menengah (UKM) juga kelimpungan.

Agus Setiawan pemilik Depoibue, toko online khusus fesyen bayi dan balita memilih  mengerek harga jual sekitar 10% lantaran beban operasional di bisnis tersebut juga membengkak. "Beban operasional juga meningkat sekitar 5%-7%," katanya kepada KONTAN di acara Exabytes E-commerce Conference (ECC), Selasa (14/8).

Sebenarnya, ia mengambil bahan baku produk fesyen tersebut dari pasar lokal. Persoalannya, bahan serat yang ada di produk fesyen tersebut merupakan produk impor. Alhasil, harga bahan baku pun ikut naik turun mengikuti fluktuasi rupiah.

Tak cuma dari harga bahan baku produk saja yang terangkat naik, tahun ini ia juga harus mengeluarkan biaya  upah yang lebih besar dari sebelumnya. Ternyata ia sudah menaikkan gaji ke para karyawan supaya tetap bertahan di Depoibue.

Agus sebenarnya mengambil sikap wait and see terhadap gejolak kurs rupiah. Apakah dirinya mengerek harga atau tidak. Kalau ia melihat dollar AS stagnan menguat selama 15 hari, maka ia terpaksa mengerek harga jual yang terlebih dahulu ia sampaikan ke para pelanggan.

Melihat beban yang terus bertambah, Agus pun berencana melebarkan sayap bisnis dengan membidik pasar ekspor. Ini sebagai langkah bisnis mengambil untung dari pelemahan rupiah. Sayang, ia tidak membeberkan target pasti dari rencana tersebut. Yang jelas saat ini, Depoibue menjajakan barang dagangan di situs belanja Lazada.

Pebisnis UKM lainnya, yakni Aurora yang menjajakan gamis mengaku bila penjualan produk muslim tersebut tidak sebagus biasanya. "Saya pernah meraup omzet Rp 70 juta per bulan dan itu adalah omzet yang tertinggi," katanya ke KONTAN.

Tapi kini, omzet yang ia raup dari bisnis gamis melorot tajam ke angka Rp 20 juta per bulan. Tapi ia sebut sumber penyebab bukan dari efek dollar AS melainkan dari daya beli yang lesu.

Meliadi Sembiring, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UMKM menyebut pelemahan rupiah sejatinya bisa memberi efek positif dan negatif bagi para pebisnis UKM. "Ada untung ruginya," tuturnya.

UKM orientasi ekspor pasti mendapat untung dari efek rupiah karena mendapatkan nilai rupiah lebih banyak dari biasanya. Sebaliknya, yang mengandalkan bahan baku impor bakal terpuku lantaran harus membeli bahan baku lebih maha. Sayang, ia tidak merinci nilainya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×