kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bentuknya mini, permintaannya kian moncer


Kamis, 19 Agustus 2010 / 10:39 WIB
Bentuknya mini, permintaannya kian moncer


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Tri Adi

Suara produk kerajinan miniatur alat musik memang tidak terlalu menggaung di pasar kerajinan tangan. Meski begitu, prospek usaha ini cukup cerah. Apalagi, permintaan untuk suvenir dari luar negeri terus berdatangan. Seorang perajin miniatur alat musik bisa meraih omzet Rp 50 juta sekali ekspor.

Sebagian pihak masih memandang sebelah mata terhadap prospek usaha kerajinan suvenir. Padahal, nyatanya bisnis ini mampu menembus pasar ekspor.

Salah satu usaha kerajinan suvenir yang sudah terbukti berjaya di luar negeri adalah suvenir miniatur alat musik. Syamsuddin A.W., perajin miniatur alat musik di Jakarta, bilang, sejak dua tahun lalu dia sudah mampu mengekspor miniatur alat musik hasil kerajinannya ke luar negeri. Seperti Inggris, Belanda, dan Jamaika.

Biasanya, khusus untuk tujuan ekspor, dia mendapat pesanan miniatur alat musik tiap sekali tiga bulan. Dia mampu mengirim hingga 1.000 unit miniatur alat musik berbagai jenis dalam sekali ekspor. Rata-rata omzetnya dari pasar ekspor Rp 50 juta untuk setiap pengiriman.

Biasanya, pemesan memberi contoh alat musik yang diinginkan melalui surat elektronik. Setelah dibuat contohnya dan disetujui, Syamsuddin membuat miniatur alat musik ini dalam jumlah banyak.

Setiap negara memiliki karakter permintaan produk yang berbeda. Misalnya, Jamaika lebih menyukai miniatur alat musik yang lebih besar dari ukuran yang biasa dibuatnya, yakni sekitar 33 centimeter (cm). Sedangkan standar ukuran miniatur alat musik buatannya sekitar 23-25 cm. Otomatis, harga jualnya lebih mahal, yaitu sekitar Rp 70.000 per unit. "Untuk produk standar harganya Rp 30.000-Rp 50.000 per unit," katanya.

Syamsuddin mampu membuat berbagai jenis miniatur alat musik. Mulai dari gitar, biola, drum, gendang, hingga gamelan.

Dia juga tak melupakan pasar lokal. Saban bulan, dia mampu menjual sekitar 500 unit miniatur alat musik di dalam negeri. Harga penjualan ritel sekitar Rp 50.000 per unit, dan penjualan secara grosir Rp 30.000 per unit. "Marginnya 30%," ujarnya.

Syamsuddin juga kerap mengikuti berbagai pameran kerajinan tangan. Selain menjual produk, di ajang itu dia berkesempatan mencari pembeli potensial dari dalam dan luar negeri. Buktinya, beberapa pembeli dari luar negeri didapat dari ajang pameran semacam itu. "Tiap kali pameran, saya bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 25 juta," ujarnya.

Jika Syamsuddin menggunakan kayu mahoni dan kayu lame sebagai bahan baku pembuatan miniatur alat musiknya, langkah berbeda dilakukan Herwansyah. Perajin asal Jambi ini membuat miniatur alat musik dari eceng gondok.

Dia membeli eceng gondok dari Yogyakarta yang sudah diawetkan. Sehingga, dia tinggal mengupas dan menempelkan eceng gondok ke miniatur yang sudah dibentuk dari aluminium.

Harga jual kerajinan miniatur alat musik eceng gondok ini sekitar Rp 65.000-Rp 135.000 per unit. "Penjualan memang belum banyak, karena konsep ini baru saya kembangkan bulan Maret 2010," ujar Herwansyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×