kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkat Tahir Foundation, warga Garut tak lagi mandi air kali


Minggu, 05 Agustus 2018 / 21:52 WIB
Berkat Tahir Foundation, warga Garut tak lagi mandi air kali


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

KONTAN.CO.ID - GARUT. Sejak beberapa bulan lalu, sejumlah wilayah di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mulai terdampak kekeringan. Tanaman padi di beberapa areal persawahan terancam gagal panen karena kekurang pasokan air dari saluran irigasi menyusul musim kemarau panjang.

Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Garut sudah memetakan sejumlah wilayah rawan kekeringan selama musim kemarau 2018. Beberapa titik di antaranya berada wilayah Garut Utara, yakni Kecamatan Malangbong, Cibatu, Lewigoong, Limbangan, Cibiuk, dan Selaawi.

Kekeringan di wilayah Garut mulai terjadi sejak Mei lalu. Tak hanya, sawah yang mengering, kini sumur yang biasa digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari juga dalam kondisi kering-kerontang. Alhasil, warga yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari terpaksa melakukan penggalian pada sumur lebih dalam lagi dengan harapan ditemukan sumber air tambahan.

Warga lainnya terpaksa harus memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan mengambil dari kali atau sungai meski harus bersusah payah berjalan kaki bolak-balik sambil membawa barang keperluan rumah tangga, seperti pakaian kotor untuk dicuci, dan ember atau jerigen untuk mengangkut air. Sementara, sebagian warga lainnya memenuhi kebutuhan air minumnya dengan membeli air minum ke agen-agen isi ulang air minum terdekat. Sesekali datang kiriman bantuan air bersih dari pemerintah setempat.

Salah satu kecamatan yang paling parah mengalami kekurangan air bersih adalah Kecamatan Cibatu. Beberapa desa di kecamatan ini memang sudah langganan krisis air bersih saat musim kemarau. Misalnya Desa Cibatu, Desa Kertajaya, dan Desa Lewigoong. Selain terpaksa memanfaatkan air seadanya dari kali, warga mengandalkan bantuan kiriman air bersih dengan mobil tanki bantuan dari sejumlah pihak.

Sebagai wujud kepedulian terhadap warga yang mulai kesulitan mendapatkan air bersih akibat kemarau, jajaran Polres Garut langsung turun tangan memberikan bantuan berupa pasokan air bersih dan sejumlah sembako di Kampung Tambakan, Desa Leuwigoong, pada Rabu (1/8) lalu. Menurut Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, bantuan pemberian air bersih merupakan bentuk kepedulian Polres Garut atas kesulitan yang saat ini tengah dialami warga. Ia berharap, bantuan tersebut bisa meringankan beban yang dialami warga mengingat air merupakan kebutuhan vital sehari-hari.   

Bagi masyarakat Cibatu, krisis air bersih sudah berlangsung lebih dari 10 tahun. Tidak hanya dampak dari kemarau panjang, tidak berfungsinya saluran irigasi semakin memperparah kondisi krisis air di kawasan Garut Utara. Banyaknya alih fungsi lahan di daerah Garut Selalatan yang mengkonversi hutan lindung sebagai sumber mata air menjadi lahan perkebunan berkontribusi besar terhadap krisis air di wilayah Garut Utara. Belum lagi lahan produktif yang beralih rupa menjadi hunian dan area komersil seperti tempat wisata, villa, dan lainnya.

Bantuan sumur bor
Sejatinya antrean warga yang berkerumun di dekat truk tangki air bersih selalu menjadi pemandangan di Garut saban tahun. Entah sampai kapan kondisi ini berakhir, bahkan semakin memprihatinkan dari tahun ke tahun. Mobil-mobil tanki air bersih, keluar masuk dari satu kampung ke satu kampung lainnya. Tak jarang belum sempat sampai ke kampung tujuan, air sudah habis karena mobil tanki dibelokan warga dari kampung lainnya yang tidak sabar menunggu jatah kiriman. "Soalnya bantuan kiriman air bersih hanya tiga hari sekali. Kalau mobilnya mogok, ya enggak ada air," aku Nurasiah, warga Kampung Harikukun, Desa Cibatu, Kecamatan Cibatu, kepada KONTAN, Jumat (3/8) lalu.

Menurut Denny Hamdani, salah satu tokoh pemuda Kampung Harikukun, kesulitan air bersih sudah lebih dari delapan tahun silam. Untuk mencuci pakaian, warga terpaksa berjalan lebih dari satu kilometer menuruni Sungai Cimanuk. Tapi itu dulu, setelah ada bantuan pembuatan sumur bor dari Tahir Foundation beberapa bulan yang lalu, warga Kampung Harikukun tidak lagi kesulitan air bersih. Mereka terbebas dari problem tahunan ini.

"Alhamdulillah, sekarang warga tidak perlu jauh-jauh jalan kaki cari air dan nunggu-nunggu kiriman air bersih dari pemerintah. Sumur bor bantuan dari Tahir Foundation sangat membantu meringankan beban kami," ungkap Denny. Pun dengan warga lainnya, mengamini. "Airnya lancar, cukup banyak. Tinggal giliran saja ngambilnya, ada yang pagi, siang, sore bankan sampai malam. Engak perlu antre dan rebutan, airnya melimpah. Kalau di rumah sumur sudah kosong. Tapi sudah ada sumur bor ini, saya senang. Kalau pagi-pagi, banyak ibu-ibu yang nyuci dan anak-anak mandi. Sore sampai malam, bapak-bapak yang ngangkutin air," beber Yanti.

Ucapan terimakasih juga disampaikan oleh Kepala Desa Cibatu Dadang Sulaeman Yasin. "Sangat bermanfaat sekali bagi warga karena sudah bertahun tahun kesulitan air bersih kalau musim kemarau. Secara pribadi dan atas nama warga Cibatu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Tahir atas bantuan pembuatan sumur bor artesis," tuturnya.

Dadang menilai, kepedulian pihak perusahaan terhadap masyarakat yang terkena musibah krisis air bersih di wilayah Garut adalah positif. Sehingga, diharapkan ke depannya akan banyak lagi bantuan sosial yang disalurkan ke masyarakat dari pihak perusahaan tak hanya dari Mayapada Group. "Anggaran di desa sangat terbatas, jadi bantuan dari perusahaan sangat membantu sekali," sebut Dadang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×