kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Harga komoditas andalan ekspor naik 21,7%


Jumat, 17 November 2017 / 10:07 WIB
BI: Harga komoditas andalan ekspor naik 21,7%


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek harga komoditas ekspor pada tahun ini lebih cerah. Sebab, Bank Indonesia (BI) merevisi kenaikan harga komoditas andalan ekspor Indonesia. Sehingga, kinerja ekspor berpotensi terdorong lebih tinggi lagi pada tahun ini.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, rata-rata harga komoditas ekspor andalan Indonesia, khususnya komoditas nonmigas diperkirakan naik 21,7% dibanding tahun 2016. Padahal, Agustus lalu, BI masih memperkirakan kenaikan rata-rata harga komoditas tahun ini hanya 18,5%.

"Rupanya kondisi harga-harga komoditas andalan Indonesia membaik," kata Agus, Kamis (16/11).

Lebih baiknya pertumbuhan harga itu jauh lebih tinggi dibanding 2016. Tahun lalu, kenaikan rata-rata harga komoditas nonmigas andalan ekspor Indonesia hanya 5,4% dibanding tahun sebelumnya.

Perbaikan tersebut telah tampak pada kinerja ekspor kuartal ketiga yang tumbuh lebih dari 17% year on year (yoy), karena membaiknya harga komoditas minyak sawit, batubara, dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Padahal di kuartal pertama dan kedua 2017, pertumbuhan ekspor masing-masing hanya mencapai 8,04% dan 3,36% yoy.

"Kami melihat bahwa di 2018 kurang lebih hal ini akan terjaga," imbuh Agus.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan, perbaikan kinerja ekspor membuat defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal ketiga menyusut menjadi 1,65% dari PDB, dibanding kuartal sebelumnya sebesar 1,91% dari PDB.

Mirza bilang, secara keseluruhan tahun ini CAD bisa di bawah 2%.

Sementara itu, jika pemulihan ekonomi terus berlanjut maka impor dari Indonesia tentu akan terdongkrak. "Meski begitu, CAD bisa dijaga di bawah 2,5% dari PDB," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×