kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI jamin tak ada monopoli di bisnis e-toll


Senin, 23 Oktober 2017 / 15:31 WIB
BI jamin tak ada monopoli di bisnis e-toll


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menjamin tidak akan adanya monopoli bisnis dalam program Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Pungky Purnomo Wibowo mengatakan pihaknya akan mengawal sistem pembayaran, efisien dan andal.

"Gerbang pembayaran nasional tidak ada monopoli, tidak boleh hanya satu issuer yang bisa dipakai, harus multi issuer," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (23/10).

Asal tahu saja, dalam penerapan transaksi non tunai khususnya jalan tol, BI bersama dengan badan terkait telah melakukan integrasi beragam aplikasi uang elektronik dalam 1 reader (SAM Multiapplet).

Lewat integrasi tersebut, saat ini pencapaian penetrasi penerapan gardu non tunai saat ini sudah mencapai 70%. Pungky menyebut hal ini akan terus bertambah secara bertahap, dan khusus untuk implementasi pemasangan SAM Multiapplet yang telah terlaksana saat ini sudah mencapai 93% di seluruh ruas tol.

Kendati demikian, bank sental mengakui memang dalam prakteknya pangsa pasar uang elektronik di jalan tol masih dirajai oleh PT Bank Mandiri (persero) Tbk.

"Ekosistem yang paling banyak kemungkinan dari Bank Mandiri, karena Mandiri sudah dari 2008 memberikan pelayanan non tunai di jalan tol," kata Pungky.

Sebelumnya, Senior Vice President Transaction Banking & Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi menyebut memang penetrasi uang elektronik Bank Mandiri yakni e-Money di jalan tol sudah sebesar 80%.

Pun, dari jumlah kartu yang diterbitkan sampai dengan pertengahan Oktober 2017, Bank Mandiri sudah menerbitkan lebih dari 11 juta kartu dengan frekuensi transaksi mencapai 352 juta dengan nominal Rp 3,8 triliun.

Meski begitu, BI mengatakan mengenai besaran pangsa pasar uang elektronik, hal tersebut sangat bergantung pada kepuasan konsumen.

"Ekosistem itu bisa diperoleh, tentu kuncinya tergantung terhadap konsumen," kata Pungky.

Sementara itu, sebagai pendatang baru dalam kue uang elektronik di jalan tol, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengakui kalau dampak elektronifikasi sangat signifikan terhadap pertumbuhan transaksi UE perseroan, yakni Flazz.

Direktur BCA Santoso Liem mengatakan saat ini porsi pasar BCA di jalan tol sudah mencapai 25% dari total transaksi dengan UE.

"Target kami bukan mengejar kompetitor atau penyedia uang elektronik, tapi mendukung program pemerintah dan membantu masyarakat dengan menyediakan solusi pembayaran," katanya.

Ke depan, BCA juga tidak mematok porsi penetrasi Flazz ke jalan tol. Toh, bank bersandi saham BBCA ini baru sekitar 2-3 bulan mencicipi kue uang elektronik jalan tol.

Sekadar gambaran saja, khusus di bulan September 2017 BCA mencatat posisi transaksi uang elektronik sudah mencapai 591.000 transaksi. Dengan nilai transaksi sebesar Rp 4,8 miliar.

Jumlah ini meningkat pesat jika dibandingkan dengan bulan Oktober 2017. Tercatat sejak 1 Oktober - 20 Oktober 2017 transaksinya naik 2,5 juta transaksi dengan nilai sebesar Rp 21 miliar.

Impelementasi elektronifikasi pembayaran tol juga dinikmati oleh PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI. Senior Vice President Teknologi Informasi (TI) BNI Dadang Setiabudi menyebut per bulan transaksi TapCash (UE BNI) telah mencapai 2 juta transaksi.

Sayang, Dadang belum dapat merinci secara detil pertumbuhan transaksi tersebut.

"Dengan implementasi elektronifikasi tol tentunya penggunaan uang elektronik termasuk TapCash akan meningkat," ujarnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×