kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis energi menambah tenaga United Tractors


Kamis, 24 Mei 2018 / 08:35 WIB
Bisnis energi menambah tenaga United Tractors


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) kini menjadi andalan Grup Astra untuk mendongkrak kinerja keuangan konglomerasi ini. Perusahaan alat berat dan pertambangan ini memang terus mencetak kinerja keuangan positif.

Sepanjang kuartal pertama lalu, UNTR mencatatkan pendapatan konsolidasi UNTR sebesar Rp 19 triliun, naik 19% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 13,68 triliun. Laba bersih perusahaan ini juga meningkat 69% jadi Rp 2,5 triliun dari Rp 1,5 triliun di 2017 silam.

UNTR juga melaporkan penjualan alat beratnya sepanjang April lalu mencapai 485 unit. Angka tersebut merupakan penjualan bulanan tertinggi perusahaan dalam empat tahun terakhir, tepatnya sejak Januari 2014, yang mencapai 503 unit.

Adapun, penjualan alat berat UNTR di periode Januari-April mencapai 1.656 unit, naik 40% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sekadar mengingatkan, UNTR merupakan distributor resmi alat berat merek Komatsu.

Analis Kresna Securities Robertus Yanuar Hardy, menyebut, penjualan alat berat UNTR tersebut telah memenuhi 40% target penjualan sepanjang tahun ini, yang diprediksi mencapai 4.150-4.200 unit. "Pangsa pasar UNTR dalam sektor alat berat juga sudah mencapai 35% dalam empat bulan pertama tahun ini," ujar dia, Selasa (23/5).

Dari bisnis penjualan batubara, kinerja UNTR juga masih apik. Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi dalam risetnya per 23 Mei, memaparkan, penjualan batubara UNTR masih tumbuh kuat 32,9% dari 2,53 juta ton menjadi 3,36 juta ton sepanjang Januari-April. Menurut Akhmad, volume penjualan tersebut sudah setara 50,5% target penjualan batubara UNTR selama setahun penuh.

Kinerja tumbuh

Karena itu, para analis menilai saham UNTR masih layak dimasukkan dalam portofolio investasi. Baik Robertus maupun Akhmad masih memberi rekomendasi beli untuk saham UNTR.

Robertus memprediksi harga UNTR bisa mencapai level Rp 40.000 per saham. Sementara target harga Akhmad di Rp 41.500 per saham. Sekadar info, harga UNTR ditutup sebesar Rp 36.425 per saham.

Analis Bahana Sekuritas Andri Ngaserin bahkan punya target harga lebih optimistis. Ia mematok target harga UNTR di Rp 42.100 per saham.

Para analis menilai kinerja UNTR masih punya peluang besar untuk tumbuh. Selain karena harga batubara masih tinggi dan permintaan alat berat masih berpeluang naik, UNTR juga cukup rajin menggelar diversifikasi bisnis.

Beberapa tahun ke depan, UNTR menargetkan pembangunan pembangkit listrik sebagai langkah diversifikasi usahanya di sektor energi. UNTR antara lain akan membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PAMA-1 dengan kapasitas mencapai 2x15 megawatt (MW) di Kalimantan Tengah. UNTR juga akan membangun PLTU Jawa 4 berkapasitas 2x1.000 MW.

Tak cuma itu. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini juga akan melebarkan sayapnya di bisnis tambang batubara dengan merambah produksi batubara kokas alias coking coal. Asal tahu saja, batubara ini merupakan salah satu bahan baku pembuatan baja. Nantinya, UNTR berniat membidik PT Krakatau Steel (KRAS) sebagai salah satu konsumen domestiknya.

Kendati demikian, Robertus berpendapat, dalam satu hingga dua tahun ke depan, diversifikasi bisnis UNTR ini belum akan berdampak signifikan bagi kinerja keuangan perusahaan ini. Alasannya, pertama, PLTU PAMA-1 kapasitasnya terbilang kecil dan baru beroperasi tahun depan.

Lalu, dari total kapasitas tersebut, sekitar 60% akan digunakan untuk memenuhi operasional tambang perseroan UNTR sendiri. "Baru kemudian 40% sisanya akan dijual kepada pihak ketiga, yaitu PLN," tutur Robertus.

Ia pun menilai bisnis PLTU milik UNTR baru akan mulai berkontribusi besar pada 2021 mendatang, saat PLTU Jawa 4 yang ada di kompleks Tanjung Jati beroperasi. Meskipun berstatus joint venture, kapasitas PLTU yang besar berpotensi memberi dampak positif pada kinerja UNTR.

Sementara, meski menarik, Robertus menilai saat ini pasar coking coal di dalam negeri terbilang kecil, lantaran industri baja juga masih belum begitu berkembang. "Sepertinya, kalau ingin membesarkan bisnis coking coal, UNTR harus lebih menyasar pasar ekspor, seperti India yang sudah punya industri baja lebih mapan," ujar dia.

Robertus menganalisa, segmen usaha penjualan alat berat Komatsu, Scania dan UD Trucks masih akan menjadi penyumbang terbesar pendapatan UNTR. Segmen usaha jasa pertambangan, yang dijalankan PT Pamapersada Nusantara, masih akan jadi pendorong kinerja.

Meski begitu, analis menilai UNTR perlu mewaspadai potensi beralihnya konsumen ke komoditas energi baru dan terbarukan. "Tapi, risiko ini belum akan terasa dalam waktu dekat, karena saat ini porsi batubara di bauran energi beberapa negara, seperti Indonesia dan China, masih 50%. Permintaan masih akan cukup tinggi," ujar Robertus.

Akhmad memprediksi, pendapatan UNTR di akhir tahun nanti masih berpotensi tumbuh sekitar 7,6% menjadi sebesar Rp 69,4 triliun. Lalu laba bersih juga diperkirakan masih berpotensi naik 12,7% menjadi Rp 8,34 triliun hingga akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×