kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kemasan styrofoam PT Kemasan Ciptatama stagnan


Kamis, 18 Januari 2018 / 22:07 WIB
Bisnis kemasan styrofoam PT Kemasan Ciptatama stagnan


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kemasan styrofoam belakangan ini menghadapi tantangan. Seperti di tahun lalu, pemerintah Kota Bandung telah mengedarkan larangan penggunaan styrofoam bagi kemasan makanan.

Salah satu produsen kemasan styrofoam, PT Kemasan Ciptatama Sempurna yang berada dalam naungan Kemasan Group menanggapi serius hal tersebut.

"Ada persepsi di masyarakat kalau styrofoam untuk bungkus produk elektronik sama dengan yang digunakan di makanan. Padahal kedua materialnya beda," ujar Wahyudi Sulistya, Direktur Kemasan Group dalam sebuah seminar tentang manfaat styrofoam, Kamis (18/1).

Jenis styrofoam untuk makanam ialah polystyrene foam (ps foam) yang bahan baku pembuatannya berbeda dengan kemasan pembungkus elektronik polyethylene foam (pe foam).

Ps foam yang digunakan sebagai kemasan konsumsi kebanyakan menyasar kalangan menengah ke bawah. "Sebab harganya bisa 10 kali lipat lebih murah ketimbang bungkusan kertas," terang Wahyudi. 

Kemasan Group, kata Wahyudi merupakan produsen besar di bisnis styrofoam ini dengan kapasitas produksi kisaran 600-700 ton setiap bulan. "Pangsa pasar kami paling besar bisa sekitar 70%," ujarnya.

Menurutnya permintaan ps foam di pasar domestik saat ini sekitar 1.000 ton. Konsumsi Indonesia akan ps foam masih terbilang kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut Wahyudi negara seperti Amerika, Eropa dan Jepang masih memakai ps foam sebagai bungkusan dengan konsumsi hampir 10 kali lipat dibandingkan Indonesia. Untuk itu potensinya masih besar. 

Sebelum ada edaran di Bandung, Jawa Barat tersebut, Wahyudi mengaku permintaan akan ps foam cenderung meningkat. "Namun saat ini cenderung stagnan," katanya.

Dengan jumlah tenaga kerja mencapai 5.000 orang, Kemasan Group berharap ada kejelasan dari pemerintah. Wahyudi khawatir jika terlalu banyak larangan maka berakibat dengan berkurangnya produksi dan timbulnya pengurangan tenaga kerja di pabrik .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×