kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kopi siap saji makin marak


Senin, 21 Mei 2018 / 20:07 WIB
Bisnis kopi siap saji makin marak
ILUSTRASI. STARBUCKS Coffee


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pertumbuhan industri minuman siap saji (ready to drink) beberapa waktu yang lalu tergolong stagnan, hal tersebut tak membuat kalangan usaha berhenti mengembangkan potensi pasar minuman. Khususnya minuman kopi siap saji yang baru-baru ini mulai ramai dengan pemain baru.

Seperti kabar Nestle yang tampaknya tak lama lagi merealisasikan rencana untuk menjual kopi Starbucks global di pasar ritel. Perusahaan consumer goods tersebut diketahui bakal mengakuisisi kopi siap saji Starbucks dengan nilai US$ 7,15 miliar.

Triyono Prijosoesilo, Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) mengatakan sebenarnya di tahun lalu pertumbuhan industri minuman cukup tertekan, termasuk segmen kopi siap saji. "Cuma dalam tiga tahun belakangan ini memang mulai banyak pemain yang masuk," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (21/5).

Pemicunya menurut Triyono tak lain ialah pasar barang konsumsi di Indonesia yang masih berkembang. Sehingga hal ini menjadi daya tarik, bagi pemain ritel bisnis kafe kopi ataupun produsen minuman ringan lainnya untuk masuk ke segmen kopi siap saji ini.

Ditambah lagi, menurut Triyono, minum kopi saat ini sudah menjadi gaya hidup. "Sehingga dengan kondisi tersebut pelaku usaha mulai siap-siap masuk kesana," terangnya.

Porsi konsumsi kopi siap saji di Indonesia saat ini masih terbilang kecil dibandingkan jenis minuman siap saji lainnya. Sebagai perbandingan saja, konsumsi teh siap saji di Indonesia jumlahnya mencapai 10 kali lipat dibandingkan dengan kopi siap saji.

"Kalau mengacu data 2015, teh siap saji itu bisa mencapai 2 miliar liter setahun. Sementara kopi siap saji kisaran 200 juta liter setahun," urai Triyono. 

Menurutnya, volume permintaan kopi siap saji tiap tahunnya baru mencapai 10%-12% dibandingkan dengan total konsumsi teh siap saji.

Sementara itu pemain lama di kopi siap saji menurut Triyono masih merajai segmen tersebut di Indonesia. Sebut saja PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan brand "Kopika 78°C" dan PT Santos Jaya Abadi dengan brand "Good Day" siap saji.

Meski demikian, kata Triyono, tidak sulit bagi pelaku industri minuman untuk mulai memproduksi minuman kopi siap saji lantaran tidak memerlukan penambahan mesin khusus. "Bahan utamanya seperti kopi juga bisa didapat dari lokal, seharusnya pemain minuman siap saji lain tidak kesulitan memproduksinya," tuturnya.

Sementara itu ritel besar seperti McDonalds dikabarkan sudah mempunyai produk kopi siap saji. Dengan brand "Mccafe Frappe" sudah mulai dibotolkan di Amerika Serikat pada awal tahun ini.

Terobosan McDonalds global ini sebagai upaya memenangkan persaingan melawan dominasi Starbucks dan Dunkin Donuts di segmen kopi siap saji. Meski demikian pengelola McDonalds Indonesia, PT Rekso Nasional Food mengaku belum akan mengeluarkan produk kopi siap saji tersebut.

Sutji Lantyka, Associate Director of Communication Rekso Nasional menjelaskan perusahaan belum akan mengikuti jejak McDonalds global.  "Kalau produk yang dimaksud itu Mccafe Frappe dalam kemasan, kami belum berencana melakukannya," ujarnya.

Dirinya mengatakan bahwa saat ini produk Mccafe Frappe sudah dijual di gerai-gerai miliknya. Namun berbeda dengan rencana McD global yang mau menjual dalam bentuk kemasan, Rekso Nasional masih menjual siap saji. Asal tahu saja di negeri asalnya, Mccafe Frappe kemasan ini dipasarkan dengan tiga varian yakni karamel, vanila dan moka. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×