kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BPH Migas menanti penjelasan Rekind soal pipa gas


Rabu, 13 September 2017 / 20:24 WIB
BPH Migas menanti penjelasan Rekind soal pipa gas


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas mencatat masih adanya dua proyek pipa gas yang hingga saat ini belum juga dibangun. Kedua proyek tersebut adalah proyek pipa Cirebon - Semarang (Cisem) yang ditugaskan kepada PT Rekayasa Industri Tbk dan proyek pipa gas Kalija II yang ditugaskan kepada PT Bakrie Brothers Tbk.

Khusus proyek pipa gas ruas Cisem, Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa bilang BPH Migas akan melakukan pertemuan dengan Rekind untuk membahas penyelesaian proyek pipa gas Cisem.

"Rekind sudah buat surat ke BPH Migas tanggal 18 September minta waktu untuk presentasi di BPH Migas untuk progres untuk membangun pipa Cirebon - Semarang,"kata Fanshurullah ke KONTAN pada Rabu (13/9).

Sebelumnya BPH Migas telah memanggil Rekind pada 6 Juli 2017 untuk mempresentasikan perkembangan pembangunan Ruas Pipa Transmisi Cirebon-Semarang dan Tindak Lanjut Perkembangan Pembangunan Ruas Pipa Transmisi Cirebon - Semarang.

Hasilnya adalah Rekind sampai saat ini belum juga dapat merealisasikan pembangunan Pipa Ruas Transmisi Cirebon - Semarang karena kendala pasokan gas dan pembeli.

Pembangunan pipa gas Cisem sendiri sudah tidak dikerjakan selam hampir 11 tahun. Ruas pipa gas ini direncanakan dibangun sepanjang 255 Kilometer (KM) dengan nilai investasi sekitar US$ 400 juta.

Masterplan infrastruktur gas

Sejatinya permasalahan mengenai alokasi dan pembeli gas tidak perlu menjadi masalah jika pemerintah punya master plan pembangunan infrastruktur gas dari hulu ke hilir. Head of Marketing and Product Development Division PGN, Adi Munandir bilang Indonesia hingga saat ini belum juga memiliki master plan pembangunan infrastruktur gas.

Padahal master plan diperlukan untuk mengimpletasikan perencanaan mulai dari produksi gas, pengembangan infrastruktur gas, hingga industri yang akan dibangun.

"Di Indonesia belum ada, industrinya di Kemenperi, alokasi gas di ESDM, dan produksi gas di SKK Migas. Padahal kalau bangun Sumatera-Jawa, gas jadi tahu diambil dari mana, ruas mana yang akan dibangun dan kapan infrastruktur dibangun," imbuh Adi pekan lalu.

Rencana proyek pipa gaa yang selama ini dilelang pun dianggap tidak efektif. Adi mencontohkan pembangunan infrastruktur gas Kalija dan Cisem yang hingga saat ini belum juga dibangun.

"Kalau sudah punya masterplan ada target, karena sudah ada perencanaan bangun industri disini, ada yang mengembangkan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×