kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BWPT & FGV benamkan investasi US$ 1,5 miliar


Sabtu, 01 Agustus 2015 / 12:20 WIB
BWPT & FGV benamkan investasi US$ 1,5 miliar


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Grup Rajawali melalui PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) dan perusahaan sawit asal Malaysia, Felda Global Ventures Holdings Bhd (FGV) terus mematangkan rencana pembangunan pusat oleochemical di Indonesia. Tahap awal, keduanya berkongsi untuk membenamkan investasi US$ 1,5 miliar atau Rp 20,2 triliun.

Darjoto Setiawan, Managing Director Rajawali Corpora mengatakan, nilai investasi pembangunan pusat oleochemical memang sangat besar. Pasalnya, proyek ini akan menjadi pusat industri hilir dan menyasar pasar global. 

"Minimal dibutuhkan 500 hektare lahan, dan kami sedang berdiskusi ke pemerintah untuk menjadikan kawasan ekonomi khusus agar mendapatkan insentif," kata Darjoto, Jumat (31/7). 

Kabarnya, pembangunan pusat oleochemical ini bakal menelan dana hingga puluhan miliar dollar Amerika Serikat. Makanya, BWPT dan FGV juga akan melibatkan investor dari beberapa negara. 

Dalam satu tahun ke depan, kedua perusahaan kelapa sawit ini akan melakukan kajian dan pemetaan wilayah. Target finalisasi rancangan proyek ini selesai pada Juni 2016. Darjoto mengatakan, ekspansi produk hilir akan menambah nilai bagi margin BWPT. Apalagi selama ini, produk turunan minyak sawit seperti sabun, deterjen, dan gliserin masih banyak yang diimpor. 

BWPT tengah membidik lokasi pembangunan pabrik di Kalimantan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke Sumatera dan Jawa Timur. "Tetapi belum diputuskan di mana. Yang jelas perlu dukungan pemerintah dari sisi insentif karena nilai investasinya besar," ujar Darjoto. 

CEO FGV Datuk Mohd Emir Mavani Abdullah menambahkan, ada beberapa perusahaan yang tertarik bekerjasama untuk membangun pusat industri hilir itu. Misalnya saja beberapa perusahaan dari China, Amerika Serikat dan Eropa. "Kami juga akan berpartner dengan perusahaan lain sehingga bisa menjadi rantai industri oleochemical," imbuhnya. 

Darjoto mengatakan, nantinya seluruh bahan baku CPO dan kernel akan berasal dari Indonesia. Lalu, sebagian besar produk hilir akan diekspor ke luar negeri, terutama untuk negara-negara kawasan Asia Pasifik. Ia masih enggan menjelaskan skema pendanaan untuk membiayai pembangunan pabrik tersebut. 

Transaksi BWPT dan FGV
Seperti diketahui, kongsi Grup Rajawali dan FGV bermula dari transaksi divestasi saham BWPT kepada FGV. Rajawali akan melepas 37% saham BWPT kepada FGV. Nilainya mencapai US$ 680 juta. 

Sebesar 30% atau senilai US$ 632 juta akan dibayarkan secara tunai. Sementara, 7% atau setara US$ 48 juta ditukarkan dengan 2,5% saham FGV. Rajawali dan FGV menandatangani perjanjian jual beli saham pada 12 Juni. 

Tadinya, Rajawali menargetkan penerimaan uang muka pada pertengahan Juli. Nilai uang muka yang harus dibayarkan FGV sebesar US$ 174,5 juta. Darjoto mengatakan, uang muka itu akan dibayar. "Sudah selesai, pekan depan akan dibayar oleh FGV," kata dia. 

Darjoto memastikan, konflik politik yang tengah dialami oleh Perdana Menteri Malaysia Najib Razak tidak akan mengganggu proses transaksi. FGV merupakan bisnis keluarga Najib. 

Seperti diketahui, Najib tengah menghadapi skandal 1 Malaysia Development Berhad (1MDB). Kasus ini disebabkan dana 1MDB sebesar US$ 700 juta mengalir ke rekening pribadi Najib. Akibatnya, rekening Najib diblokir oleh Pemerintah Malaysia. Namun, "Transaksi ini samasekali tidak terpengaruh oleh hal tersebut," tandas Darjoto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×