kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cerita di balik booming startup


Jumat, 10 Juni 2016 / 14:38 WIB
Cerita di balik booming startup


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Ruisa Khoiriyah

JAKARTA.

Imbas krisis 2008 masih belum sepenuhnya berlalu sampai hari ini. Tsunami finansial yang merobohkan raksasa ekonomi dunia seperti Amerika Serikat (AS) itu sudah memantik krisis di hampir seluruh dunia. Tak terkecuali Indonesia. Kini, sewindu berlalu, imbas krisis tersebut masih berjejak sampai hari ini. Roda ekonomi global yang masih terseok-seok ketika itu mendorong bank sentral-bank sentral utama jor joran menggelontorkan stimulus ekonomi. Sebut saja, Bank of Japan (BoJ), lalu European Central Bank (ECB) juga The Federal Reserves, bank sentral AS yang biasa disebut The Fed.

Tiga pentolan bank sentral besar itu mengucurkan stimulus luar biasa besar dengan tujuan agar perekonomian mereka tetap mampu berjalan. Akibatnya, ekses likuiditas membanjiri dunia. Tengok saja Amerika yang mencatat kelebihan likuiditas hingga US$ 2,5 triliun. “Kelebihan likuiditas dalam jumlah luar biasa ini dapat menjadi sumber masalah,” ujar Chief Economist Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, beberapa waktu lalu.

Salah satu masalah yang muncul adalah misalokasi sumberdaya dan memperburuk ketimpangan kemakmuran global. Yang kaya semakin kaya luar biasa. Sebaliknya, si miskin semakin nelangsa. Namun, kondisi banjir likuiditas ini pula yang menjadi salah satu pendorong booming eksploitasi teknologi digital.

Kemunculan startup atau usaha-usaha rintisan di segmen teknologi digital sulit dipisahkan dari fenomena ekses likuiditas global tersebut. Banyak duit para investor yang berkelana mencari tempat berbiak alternative. Maklum, sector komoditas tambang dan kebun masih lesu. Sedang pasar modal dan surat utang juga kerap tak tentu arah. Investasi alternative pun menjadi incaran.

Mencoba peruntungan dari usaha-usaha rintisan yang mengeksplorasi perkembangan teknologi digital menjadi tren baru. Mereka inilah yang kerap disebut sebagai investor malaikat atau angel investor. Ada pula perusahaan modal ventura. Apa perbedaan keduanya? Angel investor biasa menyuntik modal ke startup dengan uang pribadi mereka. Sesuai namanya, investor malaikat juga lebih banyak menyuntik startup yang masih sangat baru.

Sedang modal ventura biasanya merujuk pada perusahaan yang memang didirikan khusus sebagai perusahaan dengan bisnis utama mencari untung dari aksi memodali usaha-usaha rintisan. Dalam dunia startup, modal ventura alias venture capital acapkali masuk ketika startup sudah membutuhkan pendanaan seri lanjut.

Riset DBS Asian Insight Digital mencatat, tahun 2013, tersedia ventura capital lebih dari US$ 24 miliar di seluruh wilayah Asia. Mengutip Tech in Asia, tahun 2015 lalu, nilai investasi modal ventura di Asia menembus US$ 55 miliar. Naik 165% dibandingkan tahun 2014 sebesar US$ 20,7 miliar. China mendominasi dengan nilai ventura capital mencapai US$ 41,8 miliar. Sedangkan di Indonesia tercatat ada sekitar US$ 81,8 juta dana  modal ventura, tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×