kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dering penjualan ponsel ERAA masih nyaring


Jumat, 17 Februari 2017 / 08:10 WIB
Dering penjualan ponsel ERAA masih nyaring


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Prospek penjualan ponsel pintar (smartphone) di Indonesia diperkirakan terus bertumbuh. Ini pula yang berpotensi memacu kinerja emiten distributor ponsel pintar, termasuk PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Untuk menggairahkan industri dalam negeri, pemerintah juga menerbitkan aturan tentang kandungan dalam negeri pada komponen ponsel impor. Kebijakan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 65/2016, yang antara lain mewajibkan komponen smartphone 4G dan tablet memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 30% untuk hardware, software dan komitmen investasi.

Bagi ERAA, ketentuan tersebut menjadi peluang untuk menggenjot kinerjanya. Analis BCA Sekuritas Aditya Eka Prakasa menilai, semua smartphone 4G Android yang dijual ERAA sudah memenuhi ketentuan aturan baru ini.

Di sisi lain, salah satu produsen smartphone, Apple, berkomitmen membangun pusat research & development senilai US$ 44 juta di Indonesia selama tiga tahun ke depan. "Karena komitmen itu, ERAA sudah mendapat lampu hijau dari pemerintah untuk mengimpor gawai 4G, khususnya saat ini iPhone 6S, 7 dan 7 Plus," kata Aditya, dalam riset yang dirilis Senin (13/2).

Smartphone premium memang bukan menjadi penyumbang pendapatan ERAA. Aditya menjelaskan, volume penjualan terbesar ERAA berasal dari gawai 4G kelas menengah ke bawah, dengan rentang harga Rp 1 juta-Rp 3,5 juta per unit. Produk ponsel itu khususnya brand Taiwan, seperti Lenovo, Asus, Xiaomi, dan Samsung. Karena life cycle gawai di kelas ini cenderung lebih pendek dibandingkan kelas high end.

Analis Kresna Securities Fransisca M. Putri juga melihat, penjualan gawai ERAA akan didominasi segmen menengah ke bawah. "Khususnya produk Taiwan dan China," tutur dia.

Distributor terbesar

ERAA masih menjadi perusahaan ritel dan distributor gawai terbesar di Indonesia. Emiten ini menggandeng 15 merek, seperti Acer, Apple, Asus, Blackberry, Dell, HTC, Huawei, Lenovo, LG, Motorola, Nokia, Samsung, Sony, Xiaomi dan Venera.

Fransisca menilai, sirkulasi penggantian smartphone semakin cepat. Dia menyebutkan, hanya 28,4% konsumen yang menunggu penggantian smartphone dalam jangka waktu satu tahun. Selebihnya, konsumen bisa mengganti smartphone antara enam hingga 12 bulan. Kondisi ini berefek positif bagi ERAA.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada memprediksi, bisnia ERAA masih bisa tumbuh tahun ini. Apalagi, ekspansi gerai ERAA cukup masif. Manajemen berniat menambah 50 gerai baru yang mengusung bendera Erafone, Erafone Megastore, serta Urban Republic.

Aditya memprediksi, pendapatan ERAA pada tahun ini tumbuh 15% year-on-year (yoy) menjadi Rp 28,2 triliun. Proyeksi itu didorong estimasi pertumbuhan volume penjualan sebesar 10% (yoy) menjadi 15,2 juta gawai.

Dia merekomendasikan buy ERAA dengan target Rp 720 per saham. Fransisca juga menyarankan buy dengan target Rp 720. Adapun Reza memasang hold ERAA dengan target Rp 710. Harga ERAA kemarin naik 3,23% menjadi Rp 640 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×